Warga Kampung Adat di Cianjur Ini Tetap Bugar meski Berusia 100 Tahun Lebih, Ini Rahasianya

Raut wajah Sahria tidak menunjukkan usianya yang sudah lebih dari seabad, gerak gerik-nya masih lincah ketika beraktivitas.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 27 Juli 2022 | 15:00 WIB
Warga Kampung Adat di Cianjur Ini Tetap Bugar meski Berusia 100 Tahun Lebih, Ini Rahasianya
Seorang warga Kampung Adat Miduana yang berumur panjang di Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat. [ANTARA/Ahmad Fikri]

SuaraJabar.id - Kampung Adat Miduana di Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat, menjadi sorotan berbagai kalangan setelah diberitakan banyak warganya berumur panjang da tetap bugar mesi telah berusia di atas 100 tahun.

Rahasia umur panjang warga Kampung Adat Miduana ternyata adalah karena selama menjalani pola hidup berdampingan dengan alam, mereka hanya mengonsumsi makanan sehat yang mereka tanam dan kembang biakkan sendiri.

Belasan orang di kampung adat terlihat masih segar bugar meski usia mereka sudah lebih dari 100 tahun. Mereka masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari termasuk pergi ke kebun untuk memetik sayur mayur segar yang mereka tanam.

Salah seorang di antaranya Nenek Sahria (103). Meski sudah berusia lebih dari 100 tahun, nenek yang masih rajin bercocok tanam dan melakukan aktivitas kecil di sekitar tempat tinggalnya itu, nampak tidak kalah dengan warga yang berusia 50 tahun. Selain mengonsumsi bahan makanan dari alam, Sahria juga menjaga pola hidup sehat termasuk pola tidur.

Baca Juga:Catat! Ini 38 Titik Posko Pendaftaran Mypertamina di Cianjur

Raut wajah Sahria tidak menunjukkan usianya yang sudah lebih dari seabad, gerak gerik-nya masih lincah ketika beraktivitas memetik sayur mayur yang dia tanam untuk dikonsumsi, atau ketika sedang mencuci pakaian di kolam yang terletak di belakang rumah. Bahkan dari nada suara tidak terlihat usia lanjut yang sudah dijalaninya.

Meski pandangannya sedik lamur, namun tatapannya masih jeli ketika melihat warga atau tamu yang berkunjung ke rumahnya. Bahkan ketika malam Sahria tidak pernah di antar anak atau cucunya ketika hendak ke kamar mandi yang terletak di luar rumah.

Kondisi Nenek Sahria itu tidak jauh berbeda dengan Aki Uyet yang diketahui sudah berusia 125 tahun. Meski anaknya yang paling besar sudah berusia 75 tahun dan memiliki beberapa cucu dan cicit, namun dia masih kuat untuk berladang dan mencari ikan Payo, yang juga disebut-sebut sebagai resep awet muda warga kampung adat.

Setiap hari Uyet mengonsumsi makanan dari hasil berladang dan lauk pauk yang mereka dapatkan dari alam, ditambah dengan jamu kampung, mengunyah sirih atau nyepah dalam bahasa Sunda, minum air dari mata air ketika mengalami sakit.

Sebagian besar warga berusia lanjut di Kampung Adat Miduana, tidak pernah mengonsumsi makanan yang berasal dari luar atau bahan makanan yang ditanam dengan pupuk non organik, sehingga mereka selalu menerapkan pola hidup sehat, makanan sehat serta pola hidup yang lebih bahagia.

Baca Juga:Sopir Truk Engkel Terjepit Kabin dan Terluka Parah Usai Adu Domba dengan Truk Tangki Pertamina

"Untuk mata masih tajam dan awas, pendengaran masih normal, setiap hari dibawa senang ditambah olahraga jalan kaki ke kebun atau ke sungai untuk menangkap ikan Payo. Kalau sakit tidak pernah minum obat kimia, cukup dengan jamu kampung dan obat alami lainnya," kata Aki Uyet.

Warga yang memiliki usia lebih dari 100 tahun di kampung itu, selama ini memegang teguh aturan dan tradisi yang diwariskan orang tua dan sesepuh mereka selama ini, termasuk pola tanam dan beternak tidak pernah dilanggar warga kampung adat, sehingga tatanan tersebut masih terjaga hingga saat ini.

Fenome panjang umurnya warga Kampung Adat Miduana, menarik perhatian peneliti dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Priyo Subekti, untuk melakukan riset dan penelitian. Penelitian yang dilakukan Priyo Subekti terfokus pada komunikasi kesehatan, meliputi pola makan, pola hidup sehat dan pola pikir warga.

Hasil sementara didapati bahwa komunikasi kesehatan Kampung Adat Miduana sangat baik karena makanan yang dikonsumsi masih alami, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, ditambah pola hidup sehat dan dari pola pikiran yang cenderung lebih bahagia.

Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang lebih suka mengkonsumsi makanan siap saji tanpa memperdulikan kandungan vitamin atau bahan berbahaya yang ada dalam makanan, sehingga pola hidup kaum adat lebih sehat karena selalu mengkonsumsi makanan yang terjamin kesehatannya.

"Ada beberapa faktor yang membuat warga Kampung Adat Miduanan memiliki usia panjang dengan kondisi tubuh sehat sehingga masih tetap beraktivitas meski usia mereka sudah lebih dari satu abad bahkan lebih dari 125 tahun salah satunya pola hidup dan mengkonsumsi makanan sehat dari alam," katanya.

Sesepuh Adat Miduana, Abah Yayat (75) yang juga memiliki usia lebih dari warga biasa mengatakan pola hidup dan makan dari hasil alam termasuk mengonsumsi ikan Payo dari Sungai Cipandak, menjadi resep warga selama ini, meski belum didukung dengan hasil penelitian.

Namun ikan Payo dipercaya dapat membuat warga yang mengonsumsinya dapat memiliki umur panjang dan awet muda. Setiap hari ikan Payo yang memiliki kepala besar mirip kecebong dapat ditangkap warga dengan mudah di sepanjang sungai yang membentang di sepanjang Kampung Adat Miduana.

Bahkan saat ini, banyak wisatawan yang datang untuk merasakan hidup bersama warga kampung adat termasuk mengkonsumsi makanan sehat yang disediakan hasil pertanian warga termasuk ikan Payo yang ditangkap sendiri dari sungai sebagai lauknya.


Obyek wisata Baru

Kampung Adat Miduana yang terletak di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, dikenal kaya dengan kebudayaan dan beragam keunikan, keindahan alam yang mempesona serta tatanan adat yang masih terjaga hingga saat ini, ditambah keunikan warga yang memiliki usia panjang dan awet muda.

Keberadaan kampung adat yang selama ini terkesan tersembunyi dan enggan dipublikasikan ke umum, akhirnya membuka diri untuk dikembangkan dan kembali ditata pemerintah daerah tanpa mengganggu kearifan lokal termasuk hukum adat yang sudah berjalan sejak lama.

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Cianjur, bersama Yayasan Lokatmala Indonesia dan pemangku adat, sepakat untuk menjadikan kampung adat yang terletak di wilayah terujung Cianjur menjadi obyek wisata unggulan baru dengan menerapkan sejumlah aturan yang tidak dapat dilanggar.

Pembangunan sarana dan prasarana penunjang wisata kampung adat dilakukan di beberapa zona agar tidak mengganggu keberadaan kawasan inti kampung adat yang memiliki 99 suhunan atau rumah. Home stay atau rumah tinggal bagi wisatawan sudah disiapkan ditambah area berkemah.

Penataan kampung adat akan dilakukan secara bertahap, ungkap Kepala Disparpora Cianjur, Pratama Nugraha, termasuk pembangunan infrastruktur pendukung dari jalan nasional Bandung-Cianjur hingga ke lokasi kampung adat akan dibangun guna memudahkan wisatawan untuk sampai.

Disparpora Cianjur juga sudah menyiapkan berbagai agenda khusus dan telah berkoordinasi dengan pemangku adat, sebagai upaya meningkatkan angka kunjungan ke Kampung Adat Miduana yang sejak beberapa bulan terakhir terus meningkat.

Setiap pekan tercatat 100 sampai 200 orang wisatawan datang dan menginap di kampung adat, untuk menikmati nuansa alam yang indah serta masakan dan makanan khas ditambah seni budaya yang disuguhkan untuk menghibur wisatawan selama berada di kampung adat.

Rencana pengembangan dan menjadikan Kampung Adat Miduana sebagai obyek desa wisata unggulan di Cianjur, mendapat dukungan dari warga kampung adat dan pemangku adat, ungkap Dewan Adat Miduna, Rustiman. Mereka siap mengembangkan diri tanpa merusak tatanan adat yang dipegang teguh warga.

Meski sempat menutup diri dari perkembangan zaman, namun saat ini warga kampung adat tidak lagi kaku dengan aturan yang tetap masih dipegang, terlebih terkait tatanan kehidupan, pertanian dan pola hidup yang tetap mengutamakan tradisi secara turun-temurun.

Warga Kampung Adat Miduana memang telah membuka diri untuk dikembangkan pemerintah dengan kearifan lokal, namun beberapa unsur tetap harus diperhatikan dan dipatuhi berbagai kalangan karena hingga saat ini udara di kampung adat belum tercemar polusi, sehingga efek bahagia masyarakatnya masih tinggi.

Layaknya Kampung Adat Baduy Dalam, mobilitas wisatawan yang datang untuk berkunjung tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan seperti sepeda motor atau mobil karena selama ini warga menjadikan aktivitas sehari-hari dengan berjalan kaki membuat kesehatan mereka terjaga.

Keberadaan jalan setapak menuju kampung adat sengaja tidak diperlebar dengan tujuan tidak dilalui kendaraan bermotor, karena aktivitas warga selama ini hanya mengandalkan tenaga manusia termasuk untuk membawa hasil bumi ke lumbung padi atau rumah.

Apa yang menjadi kebiasaan warga Kampung Adat Miduana itu memang patut menjadi contoh bagaimana menjalani pola hidup sehat. Tentu saja kebiasaan itu sesuai dengan hasil riset mencatat bahwa usia panjang di Miduana terkait dengan pola makan, pikiran dan pola hidup. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini