SuaraJabar.id - Jalan Gedung Empat atau dulunya Gedong Opat diusulkan berganti nama menjadi Jalan Veteran. Jalan itu memiliki sejarah panjang dan menjadi saksi tewasnya seorang pejuang sekitar tahun 1946.
Usulan Jalan Gedong Opat menjadi Jalan Veteran itu disampaikan para veteran perang kepada Wali Kota Cimahi, Ngatiyana. Tujuannya, untuk mengingat jasa para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Untuk menginspirasi dan mengingat jasa pejuang kemerdekaan Indonesia, memang kami mengajukan agar di Cimahi ini ada jalan yang namanya Jalan Veteran," Ketua DPC LVRI Kota Cimahi Letkol Purn Uhen Suhendar saat dihubungi Suara.com pada Jumat (19/8/2022).
Menurut veteran perang itu, jalan yang cocok diberi nama Veteran adalah yang Jalan Gedong Empat yang membentang sekitar 800 meter dari depan Makodim 0609/Cimahi hingga Jalan Sisingamaraja (depan Cimahi Mall).
Baca Juga:Haru, Seorang Kakek Bawa Bendera Merah Putih ke Lapangan Upacara, Warganet: The Real Veteran
Pertimbangannya, kata Uhen, berkaitan dengan rencana Pemkot Cimahi yang hendak membangun patung pahlawan Jenderal Sudirman di Taman Segitiga Sriwijaya.
"Apalagi di situ rencananya kan pak wali mau membangun patung Jenderal Sudirman. Jadi cocok permintaan kami bahwa nama jalan itu diganti namanya menjadi Jalan Veteran," ucap Uhen.
Sementara itu Wali Kota Cimahi Ngatiyana menyebut telah menyerap aspirasi dari veteran yang juga seniornya untuk memberikan satu jalan di Cimahi dinamai menjadi Jalan Veteran.
"Apa yang disampaikan tentang jalan veteran akan kami tindaklanjuti. Kami akan bahas bersama dan dikaji supaya Jalan Gedung Empat itu diganti nama menjadi Jalan Veteran," kata Ngatiyana
Sejarah Panjang Jalan Gedong Opat
Baca Juga:HUT RI ke-77, Veteran Perang di Tangsel: Makna Kemerdekaan Mulai Luntur
Jalan Gedong Empat atau Opat memiliki catatan sejarah panjang. Di kawasan tersebut, Kapten Isha Setia Mulyana, salah seorang pejuang yang tergabung dalam PETA diikat dan kemudian ditembak pasukan Serdadu Belanda yang disebut Batalyon Andjing NICA.
Peristiwa itu terjadi tahun 1946 atau setahun usai Indonesia menyatakan Kemerdekaan. Saat itu, Kapten Isha sebagai KS-1 Detasemen Abdul Hamid bersama pasukannya melakukan penyelidikan untuk melihat kubu pertahanan Belanda yang ada di Segitiga Pasar Antri.
"Saat itu penduduk sudah banyak yang mengungsi," kata pegiat sejarah, Machmud Mubarok.
Pada saat bersamaan terjadi serangan ke tangsi pasukan Sekutu dan Belanda. Namun, pasukan Belanda juga melancarkan tembakan ke arah utara Jalan Gandawijaya. Sebab persenjataan pejuang tidak seimbang, mereka kemudian mengundurkan diri ke arah Gang Lurah dan Gang Rangsom.
Ketika itu Kapten Isha menyelinap ke ujung Jalan Gedong Opat, yang sekarang berjejer kios-kios bunga. Ia bersembunyi hingga pagi tak jauh dari kubu pertahanan Belanda. Namun ia terciduk para serdadu Belanda yang disebut Batalyon Andjing Nica.
"Kemudian beliau ditawan dan dibawa ke kubu pertahanan di pertigaan jalan Gatsu-Gedong Opat.
Kapten Isha kemudian diikat pada sebuah pohon," terang Machmud.
Kabar gugurnya Kapten Isha itu langsung tersiar dan diketahui Pasukan Polisi Tentara Thannos dan Kompi Daeng. Ia memerintahkan Regu Damiri untuk mengambil jenazah Kapten Isha. Namun saat berusaha medekati jenazahnya, pasukan tersebut ditembaki Sekutu dan Belanda sehingga balik kanan.
Akhirnya jenazah Kapten Isha berhasil dibawa Polisi Negara Cimahi pimpinan Komisaris Arifin, yang mendapatkan telepon dari komandan tangsi tentara Sekutu. Jenazahnya kemudian dikebumilan pegawai desa kalau itu.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki