Kekinian, warga Kampung Adat Cireundeu tak hanya memanfaatkan singkong untuk dijadikan nasi saja. Mereka memanfaatkan singkong hingga kulitnya itu menjadi berbagai olahan. Dari mulai eggrol, dendeng, saroja, opak bumbu, keripik bawang, cireng, simping, kicipir hingga chese sticks.
Berbagai olahan makanan berbahan dasar singkong itu bisa menjadi buah tangan bagi para pengunjung yang datang ke Kampung Adat Cireundeu, yang memang sudah dikenal akan wisata budayanya.
Widaningsih (38) salah satu warga menuturkan, berbagai olahan berbahan singkong itu dimulai tahun 2010. Ketika itu ada seorang dosen dari salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung yang sengaja datang ke Kampung Adat Cireundeu.
"Dosen itu tau Cireundeu terkenal dengan singkongnya sehingga mengajak bahaimana kalau dibikin olahan saja. Waktu itu pertama bikin eggrol," terangnya.
Baca Juga:Produksi Beras Sumbar pada 2022 Diperkirakan Mencapai 823.876 Ton
Ketahanan pangan sebagai kearifan lokal Kampung Adat Cireundeu dengan sentuhan inovasi bertajuk Gastrodiplomacy Cireundeu mendapat apresiasi penghargaan Top 45 Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019 yang diselenggarakan Kementerian Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi tahun 2019.
"Kita terus berkomiymen untuk mempertahankan kemandirian pangan ini. Jadi kita tidak bergantung dengan pangan lainnya seperti beras," kata Widaningsih.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki