SuaraJabar.id - Satu keluarga di Kabupaten Subang, Jawa Barat menangis ketakutan ketika Dedi Mulyadi mendatangi rumah mereka pada Senin (2/1/2022) malam dan mengancam akan membawa kepala keluarga mereka ke kantor polisi.
Aksi Anggota DPR RI ini ternyata hanyalah pura-pura. Dedi Mulyadi kala itu memang tengah memantau kondisi kehidupan masyarakat dengan metode penyamaran. Kala itu dia melakukan penyamaran dengan berkeliling kampung, memantau kehidupan masyarakat di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Anggota DPR RI itu melakukan aksinya pada tengah malam. Targetnya adalah untuk membantu mereka yang sedang dalam kesusahan.
"Ya tujuannya untuk membantu sesama dengan cara yang berbeda," kata Dedi, di Purwakarta, Selasa (3/1/2023).
Ia menceritakan, pada Senin (2/1) tengah malam, dirinya berkeliling di sekitar Desa Rawalele, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Saat itu, Dedi datang ke salah satu rumah dengan langsung menggedor-gedor seluruh bagian rumah agar penghuni keluar menemuinya.
Dedi yang tak dikenali karena memakai kupluk hoodie dan topi berdalih sedang mencari seseorang bernama Robert yang terlibat kriminal.
“Siapa ya?,” ujar salah seorang penghuni dari dalam rumah.
“Saya dari Ciledug lagi kejar orang dari Kalijati. Orangnya lari ke sini, dia rampok,” kata Dedi yang masih menyamar dan belum dikenali.
Tak lama penghuni rumah pun keluar dan menemui pria tersebut. Ia mengaku tidak ada orang lain di rumahnya selain mereka yang terdiri dari bapak, ibu dan tiga orang anak.
Setelah dipersilakan masuk, Dedi yang masih belum dikenali langsung masuk memeriksa seisi rumah yang beralaskan tanah dan bertembok bilik tersebut.
Sang pemilik rumah, Undang, menyampaikan kalau dirinya tinggal bersama istri dan tiga anaknya. Satu anaknya telah bekerja di pabrik, sedangkan dua lainnya yang merupakan kembar laki-laki dan perempuan masih sekolah.
Rumah yang kini ditempati berdiri di lahan milik orang lain. Undang hanya modal membeli sejumlah kebutuhan untuk membangun rumah tersebut.
“Bapak kenal sama yang namanya Robert? Orangnya tinggi ada tato bunga dan tato wanita,” kata Dedi mengalihkan pembicaraan seraya menyebutkan kalau Undang seringkali berkomunikasi dengan Robert.
“Saya nggak kenal pak. Bisa saja dia mengaku-ngaku. Itu fitnah. Saya mah orang miskin pak,” kata Undang.
Aksi "gila" Dedi semakin menjadi-jadi, dan menyebut ada transferan uang dari Robert ke warung yang selama ini diutangi oleh keluarga Undang.
Singkat cerita Dedi kemudian meminta Undang ikut dengannya ke kantor polisi. Bahkan pihak RT, RW hingga kepala desa sudah berkumpul di depan untuk ikut ke kantor polisi.
Mendengar hal tersebut seluruh keluarga ketakutan. Bahkan anak dan istri Undang menangis karena takut bapaknya dibawa ke kantor polisi.
Di saat itulah mantan Bupati Purwakarta ini mengungkap penyamarannya. Ia pun memberikan sejumlah uang untuk melunasi utang warung dan modal hidup satu bulan ke depan.
Tangis ketakutan pun seketika berubah menjadi air mata haru karena tak menyangka didatangi Dedi Mulyadi.
“Maaf saya tadi ngerjain bapak. Ini untuk melunasi warung. Jadi nanti siklusnya nggak perlu lagi utang barang, karena sudah ada modal dasar (uang tambahan), nggak usah utang lagi. Ini kan cukup untuk satu bulan ke depan,” kata Dedi.
Dedi mengungkapkan alasan bahwa ia sengaja menemui keluarga Undang, karena sejak awal dirinya sudah mengetahui bahwa keluarga mereka berbeda dengan yang lain.
“Tadi dari Kalijati lewat sini kok ada rumah pisah jauh dari rumah lain. Biasanya rumah seperti ini suka numpang di tanah orang,” katanya.
Terakhir ia berpesan agar keluarga tersebut bangkit dan tak terpuruk dalam kemiskinan. Salah satunya dengan membangun budaya bersih dan rapi di dalam dan luar rumah.
“Pesan saya satu lagi kamar dan rumah itu rapikan. Karena rapi itu bukan urusan miskin atau kaya," katanya.