SuaraJabar.id - Kisah perjalanan usaha yang menjanjikan datang dari Riska Prianti, seorang buruh asal Kampung Tangkil, RT 03/07, Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
Disela aktivitasnya sebagai buruh pabrik di Bandung Barat, perempuan berusia 30 tahun itu memiliki bisnis yang terbilang menjanjikan. Dia membudidayakan telur burung puyuh yang membuatnya bisa gajian alias menghasilkan uang setiap hari.
Ketika disambangi Suara.com pada Sabtu (20/5/2023), Riska memulai rutinitasnya dengan membersihkan kandang dan memberikan pakan puyuh yang berada di loteng lantai dua rumahnya di pemukiman padat Cigugur Tengah.
Kebetulan hari ini dia kebagian bekerja malam di sebuah pabrik sehingga siang harinya dimanfaatkan untuk merawat burung puyuh miliknya. Perawatan hingga memanen telur puyuh yang dilakukannya menyesuaikan dengan jadwal intinya sebagai buruh pabrik.
Baca Juga:Untuk Bisa Naik Kelas, Legislatif Jateng Minta Permudah Akses Permodalan Pelaku UMKM
"Iya saya buruh pabrik dan ada usaha budidaya burung puyuh juga. Budidaya ini terbilang mudah dan santai jadi saua bisa jalani keduanya, pekerjaan sebagai buruh juga enggak pernah saya tinggalin," kata Riska.
Ia memulai bisnis budidaya burung puyuh sejak tahun 2021, ketika pandemi COVID-19 menghantam produksi pabrik tempatnya bekerja. Order yang berkurang drastis berdampak terhadap para pekerja, hingga ia ketakutan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Riska pun tak sengaja melihat budidaya telur puyuh di Youtube dan media sosial lainnya hingga akhirnya tertarik dan mempelajarinya secara autodidak. Ia melihat peluang yang cukup menggiurkan, hingga nekat pergi ke Yogyakarta untuk melihat langsung tata cara budidaya burung puyuh.
"Waktu COVID-19 kan kerjaan enggak stabil, saya terjun ke burung puyuh karena liat di Youtube perawatannya mudah dan jualnya cepet. Saya sampe ke Yogya main ke peternakan," ungkap Riska.
Ia pun mulai membeli sekitar 300 ekor anakan burung puyuh beserta peralatan lainnya seperti kandang, pakan dan vitamin. Untuk tempatnya, Riska memanfaatkan gudang kosong bekas ternak burung peliharaan ayahnya seluas 3x10 meter di lantai dua rumahnya.
Baca Juga:Momen Harkitnas Ingatkan Kembali, UMKM Berperan Penting bagi Kebangkitan Ekonomi
"Modalnya waktu itu semuanya sekitar Rp 5 juta buat beli anak burung puyuh, kandang dan sebagainya," ucap Riska.
Namun saat memulainya, Riska harus merasakan pahit terlebih dulu dimana dari 300 ekor burung puyuh yang dibudidayakan, hanya 100 ekor yang masih bertahan hingga bertelur. Sedangkan sekitar 200 ekor sisanya mati.
Kendala lain yang dihadapinya saat memulai adalah kebingungan membuang kotoran burung puyuh. Namun Riska tidak menyerah dan terus belajar. Dia pun terus menambah populasi burung puyuhnya hingga kini bisa memiliki sekitar 1.000 ekor.
"Terus kotorannya sekarang itu ada yang ambil untuk dimanfaatkan jadi pupuk di Kampung Cabai, masih di deket sini juga lokasinya," kata dia.
Dari sekitar 1.000 ekor burung puyuh inilah Riska mulai mendapat cuan lebih. Setiap bulannya, burung puyuh miliknya menghasilkan telur sekitar 300 kilogram. Telur-telur itu ia kirim ke pelanggan yang masih berada di wilayah Kota Cimahi.
Riska mengungkapkan, dari ratusan kilogram telur itu, omzet yang didapat mencapai sekitar Rp 9 hingga 10 juta setiap bulannya. Namun perhitungan omzet itu baru hitungan kasar sebab ia harus sisihkan untuk kebutuhan pakan dan perawatan lainnya.
"Panennya setiap hari sekitar 9-10 kilogram. Kalau perhitungan bersihnya sekitar 4-5 juta setiap bulannya," terangnya.
Dengan prospek yang cukup menjanjikan, Riska pun berencana untuk menambah populasi burung puyuhnya agar telur yang dihasilkan semakin banyak. Sebab, kata dia, produksi telur yang dihasilkan saat ini tidak sebanding dengan permintaan pelanggan yang semakin bertambah.
"Sekarang alhamdulillah kalau permintaan banyak, kemarin ada yang minta 50 kilogram setiap harinya tapi sayanya belum siap karena masih terbatas," sebut Riska.
Meski kini sudah memiliki usaha yang melebihi gaji UMK, Riska tidak akan meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh. Sebab menurutnya, keduanya bisa dijalani secara bersamaan. Apalagi usaha budidaya burung puyuh terbilang lebih santai dan mudah.
Ia hanya perlu melakukan perawatan seperti membersihkan kandang, memberi pakan hingga vitamin agar burung puyuh miliknya tetap sehat dan produktif. "Intinya sih kalau saya kerja pagi atau malam, saya selalu cek kandang setiap hari untuk bersihin kandang, ngasih pakan sampai ambil telurnya," tandasnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki