"Jadi kan anggapannya aduh jangan ngomongin jadi begini-begini (penempa) berat buat (biaya) anak dan keluarga, sama saja kayak petani kan yang kini memilih untuk menjadi buruh karena sudah tidak memiliki lahan," bebernya.
"Bahkan tidak hanya di Indonesia di luar negeri pun begitu blacksmith is a dying profession. Makanya kalau kita sendiri pengen nge-rebranding masalah penempaan ini,"
Padahal, ucap dia, penempa itu memiliki posisi yang istimewa berdasarkan sejarah masa lalu. Sebut saja, kata dia, kasta seorang empu pada zaman dulu memang tidak masuk kasta manapun dan kastanya mandiri.
"Penempa itu tidak masuk kelas apapun. Kaum Pande itu sendiri, disebutnya trah Pande kalau di Bali," tukasnya.
Baca Juga: Gudang Amunisi yang Meledak Ternyata Berbatasan Langsung Dengan Permukiman
"Pande itu posisinya sebagai Avatar ya dia menggunakan keempat unsur (kasta) itu tadi. Dia punya posisi sebagai kesatria, brahmana, masyarakat kecil juga, dia nge-blend di suatu tempat disebutnya Empu. Kalau sekarang Empu itu profesornya lah," Ibnu menambahkan.
Di Pijar, Ibnu dan kolega membuat divisi pemasaran prodik karya dari aktivitasnya dalam penempaan. Divisi itu diberi nama Saltigcraft. Melalui Saltig ini beberapa karya hasil bikinan pandai besi komunitas Pijar.
"Jadi tahun 2015 saat kita mulai merintis Pijar, kita memiliki ide bagaimana kalau ini dijadikan bidang usaha aja. Saltig namanya, nah si Saltig ini jadi sarana buat kita untuk berjualan dan mulai berjalan 2018," jelasnya.
Karya Ibnu dan kawan-kawan tidak melulu identik dengan senjata tajam semacam pisau dan yang lainnya. Lebih dari itu, Ibnu mengempu anggota Pijar untuk berkarya tidak hanya membuat pisau saja melainkan membuat aksesoris berbahan dasar logam, seperti gelang, cincin, kalung, kepala gesper hingga sparepart motor gede pun biasa ditempa kawan-kawan Pijar.
"Teknik root iron juga kita terapkan, blacksmithing art ada disana. Hasilnya ya kita bisa bikin gerbang, handle pintu wadah lilin ditempa, meja kursi ditempa dan yang lainnya," katanya.
Baca Juga: Sampai ke Dealer, Toyota Calya Facelift Dibanderol Mulai Rp 144 Juta
"Sederhananya, kita bikin gelang berbahan pamor yang biasanya kita aplikasikan ke kujang tapi sekarang beralih ke gelang," lanjutnya.
Berita Terkait
-
Inggris Tak Mau Pulangkan Artefak Bersejarah Indonesia, Fadli Zon: Banyak di British Museum dan British Library!
-
Revitalisasi Seni Tradisional untuk Masa Depan Kebudayaan Indonesia
-
Jadi Prioritas dalam Agenda Pembangunan Nasional, Ditjen Kebudayaan Rayakan 7 Tahun Disahkannya UU Pemajuan Kebudayaan
-
Dance in Diversity Raih Penghargaan Desain Interior di Asia Pacific Property Awards
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Sikap Politik PWNU di Pilkada Jabar: Gubernur Terpilih Wajib Kuatkan Persatuan Umat
-
Dapat Bonus Logam Mulia 1 Gram, Yuk Ikuti KPR BRI Property Expo 2024
-
Apakah Samsung A35 Tahan Air dan Spesifikasinya
-
Transformasi Digital BRIAPI Sukses Membawa BRI Raih Pengakuan Global
-
Local Media Community 2024 Roadshow Class Tasikmalaya: Media Lokal Perlu Diversifikasi Sumber Pendapatan