Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 29 September 2019 | 12:53 WIB
Pelajar dan warga beramai-ramai membersihkan bantaran sungai Ciliwung. (Suara.com/Supriyadi)

SuaraJabar.id - Sejumlah elemen masyarakat sipil dan pelajar Kota Depok, Jawa Barat, menggelar kegiatan napak tilas Sungai Ciliwung sambil memungut sampah di bantaran sungai tersebut di bawah Jembatan Panus, Minggu ( 29 /9/2019 ).

Kegiatan itu sebagai upaya membangun kesadaran anak-anak muda tentang sejarah dan kecintaan kepada alam lingkungan kota tersebut, khususnya Sungai Ciliwung yang merupakan sungai purba.

Koordinator Depok Beragam, Nor Hiqmah mengatakan, kegiatan peduli lingkungan ini bertajuk kegiatan “Nelusurin Sejarah, Mungutin Sampah”.

"Kami berharap bahwa pengembalian ingatan sejarah akan membuat masyarakat, terutama anak-anak muda, untuk lebih peduli terhadap lingkungannya, terutama lingkungan di sekitar Sungai Ciliwung, tempat penyelenggaraan kegiatan," kata Nor.

Baca Juga: Diperintah Anies, Petugas Mulai Bongkar Reklamasi di Kali Ciliwung

Menurut dia, kegiatan ini dimaksud untuk mengenalkan sejarah Sungai Ciliwung, sebagai pintu masuk keberagaman di Depok. Sekaligus menumbuhkan kecintaan pada kebersihan lingungan.

"Secara bersama dari beragam latar belakang kaum muda dan masyarakat di kota Depok," ujarnya.

Sementara itu, sejarawan JJ Rizal mengungkapkan, Sungai Ciliwung telah membuat Depok sejatinya adalah masyarakat sungai. Tetapi kenyataan ini banyak dilupakan oleh warga Depok.

"Sejarah mencatat, hubungan pertama Depok dengan dunia internasional yang membuat Depok memiliki komunitas masyarakat yang beragam dimungkinkan oleh Ciliwung," kata dia.

Hubungan dengan dunia ini, kata dia, pertama dimulai orang-orang Tionghoa.

Baca Juga: Warga Kampung Melayu Reklamasi Sungai Ciliwung

Sebab, kata dia, ada buktinya yaitu, situs sejarah Pondok Cina dari abad ke-17 yang terletak tak jauh dari Ciliwung.

Kemudian disusul hubungan dengan Eropa yang dimulai dengan Belanda.

"Ini meninggalkan banyak situs sejarah, salah satunya adalah Jembatan Panus yang membentang di atas Ciliwung dekat pemukiman kaum Belanda Depok," katanya.

Jembatan Panus, lanjut JJ Rizal, merupakam situs yang sudah berumur satu abad pada tahun 2017 lalu ini menjadi gerbang keterbukaan tambahan yang menghubungan Depok dengan daerah sekitar, terutama Jakarta dan Bogor.

"Situs sejarah jembatan Panus inilah yang menjadi tempat kegiatan kami menyelusuri sejarah dan memungutin sampah," ucap Rizal.

Sementara itu, Ketua Komunitas Ciliwung Panus (KCP) Ferdy Jonathan mengapresiasi kegiatan nelusuri Sungai Ciliwung dan memungut sampah oleh komunitas masyarakat sipil dan para pelajar di Depok.

“Kami menyambut baik kegiatan menelusuri sejarah sambal bebersih ini karena sifatnya yang teramat penting untuk membangun kesadaran sejarah serta kecintaan kepada Ciliwung, ini memang perlu perhatian," kata dia.

Diketahui, kegiatan ini diikuti oleh kaum muda kota Depok dari berbagai komunitas dan perwakilan-perwakilan siswa SMA/SMK se-Kota Depok beserta perwakilan guru pendamping.

Beberapa sekolah yang terlibat dalam kegiaan diantaranya adalah SMA Lazuardi, SMA Cakrabuana, SMK Kesuma Bangsa, SMAN 7, SMAN 5 dan SMAN 8. Sebelumnya, komunitas masyarakat Depok yang tergabung dalam kampanye Depok Beragam, juga telah menyelenggarakan sejumlah kegiatan. Salah satunya adalah “Jalan-Jalan Sejarah Keberagaman Depok Tempo Doeloe” yang digelar pada Sabtu 24 Agustus 2019 lalu.

Kegiatan bertajuk Menelusuri Sejarah Mungutin sampah ini merupakan rangkaian dari Kampanye keberagaman Kota Depok #DepokBeragam #DepokBersejarah.

Kegiatan ini melibatkan sejumlah organisasi masyarakat sipil di Depok, diantaranya Komunitas Sejarah Depok (KSD,) Public Research & Advocacy Center (Pirac), Komunitas Ciliwung Panus (KCP) Komunitas Bambu, yang didukung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cabang II Provinsi Jawa Barat dan Search for Common Ground (SFCG).

Kontributor : Supriyadi

Load More