Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana | Fakhri Fuadi Muflih
Sabtu, 18 Januari 2020 | 16:58 WIB
Anggota tim SAR gabungan melakukan pencarian korban tanah longsor dan banjir bandang yang masih belum ditemukan di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta]

SuaraJabar.id - Banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor memberikan dampak besar pada warga yang menjadi korban.

Terhitung, 60 orang tewas dan 17.869 warga mengungsi akibat kejadian yang terjadi pada awal tahun 2020 itu.

Bupati Kabupaten Bogor, Ade Yasin mengatakan setelah ini pihaknya akan merelokasi warga tersebut. Selain itu pihaknya juga saat ini tengah fokus memenuhi kebutuhan para pengungsi.

"Saat ini Kabupaten Bogor fokus tangani pengungsi dan relokasi, karena pengungsi masih banyak ya. Sementara kami fokus untuk pengungsian dan relokasi," ujar Ade, di Ruang VIP Bandara Halimperdana Kusuma, Jakarta, Sabtu (18/1/2020).

Baca Juga: Daerah Longsor di Bogor akan Dijadikan Lokasi Penghijauan

Selain itu, ia menyebut penyebab utama kejadian ini adalah maraknya penambangan dan penebangan pohon secara liar dan ilegal. Ia menyatakan akan menutup lokasi tambang dan melakukan penghijauan.

"Setelah selesai persoalan dengan pengungsi, kami akan hijaukan kembali lahan-lahan diadakan perhutanan kembali," jelasnya.

Selain berurusan dengan penambang ilegal, ia mengaku akan memantau kegiatan yang legal. Menurutnya kegiatan penambangan yang berizin juga berpotensi disalahgunakan dan menyebabkan tanah longsor.

"Ada yang legal dan ilegal tapi yang legal pun harus dipantau juga karena tidak semua terlihat dan dalamnya enggak tahu, yang jelas harus tuntas karena kalau didiamkan bisa kejadian lagi," katanya.

Baca Juga: Tambang Liar Penyebab Longsor di Bogor, Pemerintah Carikan Pekerjaan Baru

Load More