Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Sabtu, 29 Februari 2020 | 15:48 WIB
Perumahan Spring Garden Residence Bekasi. (Suara.com/Yacub)

SuaraJabar.id - Warga Spring Garden Residence terus dibuat cemas ketika hujan turun. Betapa tidak, perumahan yang terletak di Kelurahan Jati Murni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, itu kerap diterpa banjir sejak 2016 silam. Mereka pun ingin menjual rumah mewahnya dengan harga murah.

Banjir parah kembali terjadi di perumahan naungan PT Pacific Exintraco yang merupakan bagian dari PT Gapura Prima itu pada 1 Januari dan 25 Februari. Ketinggian air mencapai sepinggan orang dewasa.

Parahnya lagi, tidak ada bala bantuan dari pengembang perumahan dan pemerintah setempat. Mulai dari perahu karet, hingga suplai makanan warga harus mengolahnya secara gotong-royong.

“Dari situ kami merasa sedih, setiap hujan kami langsung beres-beres perabotan, gotong kulkas ke lantai dua sendiri, suami kan kerja,” kata salah satu emak-emak dalam aksi penyegelan Perumahan Spring Garden Residence, Dian Satia, Sabtu (29/2/2020).

Baca Juga: Warga Beli Rumah Rp 2,5 Miliar di Bekasi Tapi Masih Kebanjiran: Kami Ditipu

Dian sesumbar akan menjual rumahnya meski dengan harga rugi. Di mana diketahui harga di perumahan Spring Garden Residence mulai Rp 700 juta sampai Rp 2,5 miliar.

“Rela saya jual rumah meski rugi, daripada terus begini. Seharusnya kalau kondisi banjir pengembang jual rumah tuh beli dua gratis satu,” katanya sesumbar.

Ia menjelaskan, banjir yang melanda perumahannya itu kerap terjadi apabila hujan turun. Banjir kerap menggenangi jalan lingkungan hingga sebetis orang dewasa.

“Kalau hujan lebat itu kota was-was dan pasti masuk. Kalau hujan biasa kayak kemarin (Jumat 28/2/2/2020) itu kam cuma dia jam, itu jalanan sudah banjir,” jelasnya.

Dian menyayangkan sikap pengembang perumahan yang acuh pada penderitaan warga. Ia membandingkan sikap pengembang saat menawarkan hunian dengan fakta yang terjadi.

Baca Juga: Warga Segel Perumahan Spring Garden Residence Bekasi karena Banjir Terus

“Waktu nawarin tumah itu jelasinnya rinci dan bagus, tapi setelah banjir semuanya tidak adanyang bicara, tidak ada yang tanggapi,” sesal Dian.

Informasi yang diterima, terdapat 200 lebih Kepala Keluarga yang tinggal di perumahan Spring Garden Residence. Sejumlah warga telah banyak memasang spanduk penjualan rumah. Bahkan di depan gapura perumahan juga nampak spanduk rumah dijual rugi.

Sebagaimana diketahui, warga menekan enam tuntutan kepada pihak pengembang yaitu, PT Pacific Exintraco yang merupakan bagian dari PT Gapura Prima. Pertama adalah melakukan mitigasi bencana seperti perahu karet san dapur umum. Kedua, menuntut ganti ketigan banjir yang terjadi di tanggal 1 Januari 2020 dan 25 Februari 2020 dengan total keseluruhan Rp 5 milliar. Ketiga, menuntut penyelesaian permasalah banjir yang terjadi di setiap tahun.

Keempat, warga atau penghuni Spring Garden Residence menuntut kejelasan sertifikat tanah yang sampai saat ini belum jelas. Kelima, menekan pengembang untuk menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang belum teralisasi. Dan keenam meminta kepada pengembang untuk mengehentikan penjualan rumah sampai permasalahan banjir terselesaikan.

Terpisah, Direktur Operasional Regional VII, PT Gapura Prima, Agus Salim dalam sambungan selularnya membantah jika pihaknya mengabaikan persoalan banjir di Perumahan Spring Garden Residence. Agus mengaku telah melakukan mediasi.

Disamping itu, Agus juga mengemukakan bahwa telah membentuk tim kawal banjir di perusahaannya. Ia menegaskan bahwa pengembang tidak ada meninggalkan persoalan banjir yang kerap dialami warga. Agus juga menyoroti aksi protes warga Spring Garden. Ia menganggap bahwa aksi tersebut tidak etis karena selama peristiwa banjir diklaimnya terus mendapat pengawalan.

“Menurut kami kurang etis (aksi warga), karena kami kan tidak meninggalkan. Lagi pula persoalan itu adalah kejadian alam,” singkatnya.

Kontributor : Mochamad Yacub Ardiansyah

Load More