SuaraJabar.id - Kota Bandung mulai diserbu gelandangan dan pengemis. Mereka juga disebut manusia karung karena selalu membawa karung saat berjalan meminta belas kasihan.
Manusia karung di wilayah perkotaan diprediksi akan terus bertambah hingga menjelang Idulfitri 2020. Keberadaan pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) ini dipicu dampak ekonomi pandemi Coronavirus Disease 19 (Covid-19) serta budaya masyarakat untuk berbagi saat bulan Ramadan.
Kepala Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, FISIP-Universitas Padjadjaran, Santoso Tri Raharjo menilai, fenomena Manusia Karung terbilang baru dalam permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi keberadaan pengemis berkedok pemulung bermodal karung ini mulai bermunculan di jalanan utama kota besar seperti Kota Bandung dan Cimahi.
Baca Juga: Berkeliaran saat PSBB, Gembel dan Pengemis Ditangkap Satpol PP
"Fenomena Manusia Karung ini dipengaruhi besar oleh dampak ekonomi bencana. Ketiadaan lapangan pekerjaan memaksa mereka untuk mengais rejeki dengan cara ini," ungkap pengamat sosial Unpad ini saat dihubungi Ayobandung.com, Senin (11/5/2020).
Menurutnya, karung menjadi media komunikasi PPKS memberi sinyal kepada dermawan untuk memberi bantuan kepada mereka. Karung plastik dan pakaian lusuh ini juga bagian dari perubahan tata cara pengemis mengundang simpati masyarakat.
"Adanya peraturan daerah melarang masyarakat memberi pengemis juga merubah pola PPKS menjadi pemulung, karung ini juga identik dengan PPKS yang tidak meminta. Kecenderungan masyarakat untuk memberi kepada PPKS yang tidak meminta itu lebih tinggi," terangnya.
Semakin banyaknya Manusia Karung, lanjut dia, karena pola ini terbilang sukses menggaet simpati masyarakat sehingga profesi Manusia Karung menular pada PPKS lain.
"Ketika 1 orang menilai cara ini efektif kemudian menjadi contoh penularan pada PPKS lain, hingga akhirnya semakin banyak yang memilih cara ini untuk meraup keuntungan," sebutnya.
Baca Juga: Anies Larang Warga Bagikan Bantuan ke Pengemis Musiman, Ini Alasannya
Santoso meyakini, ratusan Manusia Karung di Kota Bandung dan Cimahi bukan warga lokal, melainkan warga pendatang dari daerah sekitar perkotaan namun juga sebagai daerah dengan kantung kemiskinan tinggi.
Berita Terkait
-
Ciri Orang Bermental Pengemis dan Tidak Perlu Dikasihani
-
Menghadapi Fenomena Baru: Pengemis Online dan Dampaknya bagi Masyarakat
-
Ulasan Buku 'Gelandangan di Kampung Sendiri', Penyambung Lidah Orang Kecil
-
Bolehkah Mengemis Dalam Islam? Berikut Dalilnya
-
Modal Belajar dari Youtube, Bowo Akting jadi Pengemis Berkaki Buntung Demi Nyari Cuan
Terpopuler
- Keponakan Megawati jadi Tersangka Kasus Judol Komdigi, PDIP: Kasus Alwin Jabarti Kiemas Contoh Nyata Politisasi Hukum
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Hukum Tiup Lilin Dalam Islam, Teganya Geni Faruk Langsung Padamkan Lilin Ultah saat Akan Ditiup Ameena
- Kevin Diks: Itu Adalah Ide yang Buruk...
- Sebut Jakarta Bakal Kembali Dipimpin PDIP, Rocky Gerung: Jokowi Dibuat Tak Berdaya
Pilihan
-
Erick Thohir Sebut Aturan Kredit Pembiayaan Rumah Ribet, Target Prabowo Dibawa-bawa
-
Hore! Harga Tiket Pesawat Domestik Turun 10% Sepanjang Libur Nataru
-
Broto Wijayanto, Inspirator di Balik Inklusivitas Komunitas Bawayang
-
Bye-Bye Jari Bertinta! 5 Tips Cepat Bersihkan Jari Setelah Nyoblos
-
MIND ID Siap Guyur Investasi Rp267 Triliun Hingga 2029
Terkini
-
Usai Nyoblos di TPS Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu Berharap Pilkada 2024 Berjalan Lancar
-
Komitmen BRI Layani Seluruh Nasabah Termasuk Penyandang Disabilitas Telah Terbukti dan Ini Respons Publik
-
Usai Nyoblos di Purwakarta, Ini Harapan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar
-
Rooms Inc d'Botanica Bandung Ikut Semarakkan Program Akhir Tahun Artotel Wanderlust Bertajuk "Serenata Akhir Tahun"
-
Miris! Pelajar SMA Cianjur Jadi Kurir Narkoba Internasional, Raup Untung Puluhan Juta