SuaraJabar.id - Permintaan pasar atas kopi wine Garut terus meningkat. Hal ini mendorong Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendorong pengembangan produksi kopi wine.
yang saat ini pasarnya bagus di pasar lokal Garut, bahkan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bandung dan Jakarta,
Kopi wine garut memiliki kualitas rasa tersendiri dibandingkan dengan jenis kopi yang diproses biasa.
"Permintaan untuk kopi yang diproses dengan proses wine dan natural cukup tinggi," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ardhy Firdian di Garut, Minggu (27/9/2020).
Ia menuturkan, sejumlah kelompok petani kopi di Garut sudah memiliki kemampuan khusus dalam mengolah kopi, salah satunya diproses secara wine dari jenis kopi arabika berkualitas yang dipetik di lahan pegunungan Garut.
Hampir seluruh kedai kopi di Garut, kata dia, saat ini sudah menyediakan kopi tersebut, bahkan beberapa kedai kopi di kota besar seperti Bandung dan Jakarta juga menyajikan kopi wine.
Menurut Ardhy, mereka yang selama ini menikmati kopi wine itu mengaku rasanya berbeda dengan jenis kopi yang diproses biasa yakni aroma buah kopi dan tingkat keasamannya lebih kuat.
"Fruity dan acidity-nya lebih kuat dibanding kopi biasa," katanya.
Ia mengatakan, kopi wine yang memiliki cita rasa tersendiri itu dijual dengan harga cukup tinggi dibandingkan kopi proses biasa, yakni wine dalam bentuk green bean seharga Rp160 ribu sampai Rp180 ribu per kg, sedangkan roast bean seharga Rp400 ribu sampai Rp500 ribu per kg.
Baca Juga: GEGER! Paguyuban Kandang Wesi di Garut Cetak Uang Sendiri, Ubah Garuda
Selama ini, lanjut dia, petani kopi baru mampu memproduksi secara terbatas hanya 3 sampai 5 ton setiap bulan per kelompok, atau sekitar 30 sampai dengan 50 ton untuk satu musim yang hanya dilakukan oleh beberapa kelompok tani.
"Ya perkiraan 30 sampai dengan 50 ton untuk satu musim karena hanya beberapa kelompok saja yang menguasai tekniknya," kata Ardhy.
Ia menyampaikan, proses kopi wine membutuhkan keahlian khusus, bahkan proses dari mulai pemilihan biji kopi sampai pengeringan hingga siap seduh kurang lebih sekitar 1,5 bulan.
Produksi kopi wine di Garut, lanjut Ardhy, masih membutuhkan dorongan modal serta sarana dan prasarana untuk bisa memproduksi secara besar-besaran yang nantinya bisa memberikan keuntungan untuk petaninya.
"Kalau untuk permodalan kita arahkan untuk difasilitasi melalui Kredit Usaha Rakyat, sedangkan sarana penunjangnya kita upayakan melalui bangunan pengering," katanya.
Sementara itu, Asosiasi Petani Kopi (APEKI) Kabupaten Garut mencatat saat ini ada 60 kedai kopi tersebar di beberapa tempat kawasan perkotaan maupun pelosok Garut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya
-
Iwan Suryawan Minta Pejabat Jabar Gugurkan Cuti Massal Nataru, Prioritaskan Siaga Cuaca Ekstrem
-
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci BRI untuk Menaikkelaskan UMKM
-
Bye-bye Macet Limbangan! Target Tuntas Tol Cigatas Tembus Garut-Tasik 2027