Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 01 Desember 2020 | 14:51 WIB
Empal Gentong. (Shutterstock)

“Terus saja dibalur getah pisang agar lapisan atau serat tanah liat di gentong terkunci dan gentong terlihat padat,” ujar dia.

Kojek mengatakan, gentong baru tidak menjamin air dalam lapisan tanah liat itu kering. Membakar gentong hingga gosong juga membantu mengeluarkan kadar air yang tersisa.

Pedagang empal gentong atau kuliner tradisional Cirebon lainnya tidak bisa sembarangan. Mang Kojek mengaku, banyak para pedagang empal gentong yang bangkrut karena berbagai alasan.

Selain dari rasa dan manajemen usaha, sebagian besar juga karena kondisi gentong yang tidak dibakar terlebih dahulu. Bahkan, pedagang empal gentong juga seperti memetik hoki.

Baca Juga: Memasuki Musim Penghujan, Permintaan Jasa Laundry Meningkat

“Jodoh-jodohan, Mas. Ada pedagang empal yang belum satu tahun gentongnya pecah. Saya juga kurang tahu persis apa penyebabnya, padahal gentong sudah dibakar,” kata Kojek.

Perlakuan gentong pada makanan empal gentong juga tidak bisa sembarangan. Saat warung makan tutup, gentong tersebut harus dicuci bersih hingga tidak berbekas.

Dia mengatakan, perlakuan gentong pada empal gentong layaknya memperlakukan manusia. Apalagi, empal gentong menjadi sumber penghasilan seseorang dalam berusaha.

“Gentong kan terbuat dari tanah liat dan manusia juga tercipta dari tanah dalam Islam. Jadi, kita harus menghargai apa yang menjadi asal-usul kita,” ujar dia.

Dalam penyajiannya, tempat makan empal gentong juga memiliki rasa dan ciri khas tersendiri. Bahkan, dalam perkembangannya, warung empal gentong juga menambah varian baru. Namanya empal asem.

Baca Juga: Gara-gara Ini, Mangga Gedong Gincu Cirebon Gagal Tembus Pasar Jepang

Load More