SuaraJabar.id - Tahu dan tempe benar-benar menghilang dari pasar tradisional di Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat (28/5/2021). Ini akibat tidak ada kiriman lagi dari produsen yang melakukan aksi mogok produksi mulai hari ini.
Aksi mogok produksi itu sebagai bentuk protes mahalnya harga kedelai impor belakangan ini. Harganya sudah menyentuh Rp 11-12 ribu per kilogram, jauh dari harga normal yang seharusnya Rp 6-7 ribu per kilogram.
Berdasarkan pantauan Suara.com di Pasar Atas Baru Cimahi dan Pasar Cililin KBB pada Jumat (28/5/2021), sejumlah lapak yang biasanya jadi jadi tempat berjualan tahu dan tempe terlihat kosong. Begitupun yang jualannya disatukan dengan bahan pokok lain yang tidak menjual tahu.
"Iya tahu dan tempenya gak jual, kan lagi pada mogok produksi katanya 3 hari," ujar Entin (40), salah seorang pedagang Pasar Atas Baru.
Baca Juga: Kesaksian Warga soal Rumah Mewah Terbengkalai: Sering Dipakai Pesta dan Didatangi Cewek
Biasanya, ia menerima kiriman tahu dari produsen di wilayah Lembang, KBB. Sementara tempe didapatnya dari produsen asal Kota Cimahi.
"Terakhir ada kiriman itu kemarin, dan tiga hari ke depan libur dulu jual tahu dan tempe," ujarnya.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Atas Baru, Hana Subuarti mengatakan, total ada 12 pedagang tahu dan tempe di Pasar milik Pemkot Cimahi itu. Hanya ada tiga pedagang yang benar-benar libur berjualan.
"Soalnya yang tiga pedagang itu hanya jualan tahu dan tempe. Kakau yang jualannya campuran dengan kelapa, gula dan sebagainya tetep jualan cuma gak ada tahu dan tempenya," ujar Hana.
Hal serupa terpantau di di Pasar Cililin, Kabupaten KBB. Ada 13 jongko penjual tahu dan tempe yang mulai libur berjalan lantaran tidak adanya pasokan dari produsen.
Baca Juga: Usai Viral di Medsos, Rumah Mewah Terbengkalai di Bandung Kini Ditutup
"Yang terdata ada 13 jongko tahu dan tempe. Mulai dari tahu sumedang, tahu kuning, tahu susu, oncom, dan tempe. Semuanya libur," kata staf pengelola Pasar Cililin, Sopian di lokasi.
Salah satu pedagang tempe di Pasar Cililin, Agus (50) mengaku masih berdagang hari ini. Namun produk tempe yang dijajakan adalah sisa produksi hari kemarin.
"Iya tadi masih jualan, tapi itu tempe sisa kemarin. Besok libur karena barangnya habis," jelasnya.
Agus menjelaskan, mogok produksi dan jualan oleh perajin tahu tempe dilakukan hingga 30 Mei 2021. Aksi ini dilakukan karena harga kacang kedelai meroket ke angka Rp 1.100.000 per kwintal.
"Harga kacang udah gak rasional. Rp 1.100.000 per kwintal, gak mungkin bisa tutupi biaya produksi," pungkasnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Tegur Langsung Jeje Govinda Perkara Bawa Anak ke Kantor Dinas di Jam Kerja
-
Warganet Tanya Soal Jeje Govinda Bawa Anak ke Kantor, Kang Dedi Mulyadi Samakan Dengan Nabi
-
Beda Reaksi Dedi Mulyadi Soal Lucky Hakim ke Jepang demi Anak vs Jeje Govinda Bawa Anak ke Kantor
-
Sebulan Menjabat Jadi Bupati, Jeje Govinda Bingung Ditanya Dedi Mulyadi
-
Tanah Bergerak Guncang Bandung, 20 Rumah Rusak
Terpopuler
- Ogah Ikut Demo Besar-besaran Ojol di Jakarta 20 Mei, KBDJ: Kami Tetap Narik Cari Rezeki!
- 10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- 7 Sunscreen Mengandung Salicylic Acid, Ampuh Atasi Jerawat dan Kulit Berminyak
- Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
Pilihan
-
Profil Pemilik Rupiah Cepat, Pinjol Viral yang Disorot Publik Ternyata Dikuasai Asing
-
5 HP Murah Rp2 Jutaan Layar AMOLED: RAM Besar, Kamera Resolusi Tinggi
-
Mau Wajah Glowing? Inilah Urutan Menggunakan Skincare Malam yang Tepat
-
7 Brand Skincare Korea Terbaik, Auto Bikin Kulit Mulus Harga Mulai Rp19 Ribu
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 3 Jutaan RAM 8 GB Terbaik Mei 2025, Performa Handal Memori Lega
Terkini
-
Dua Sungai Meluap, Karawang Diterjang Banjir Parah, Ratusan Warga Terdampak
-
Yuk! Bayar Cicilan Dengan Klaim Link Saldo DANA di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei
-
Motif Sakit Hati dan Utang, Ayah dan Anak di Cianjur Tega Mutilasi Ibu dan Balita
-
BRI Dorong Ekonomi: 7 Kiprah Nyata di Momentum Hari Kebangkitan Nasional
-
Sungai Dicemari Limbah Oranye, Pabrik Ditutup Sementara!