SuaraJabar.id - Ada sejumlah tepat yang sering dijadikan tempat berlibur para turis Timur Tengah seperti Arab di wilayah Cipanas dan Puncak, Kabupaten Cianjur.
Salah satunya di Desa Sukanagalih. Di lokasi ini, para wisatawan asal Timur Tengah biasanya menyewa vila untuk ditinggali selama mereka berlibur ke Cianjur.
Ada fenomena menarik juga di desa ini, Desa Sukanagalih disebut-sebut sebagai salah satu lokasi yang sering dijadikan ajang prostitusi berkedok kawin kontrak.
Kepala Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet Dudung Djaenudin, tidak menampik informasi tersebut. Diakui Dudung, praktik tersebut sempat hilang dari desanya.
"Ini cukup mengagetkan, karena informasinya praktik tersebut kembali terjadi dan ramai dibicarakan. Karena yang saya ketahui praktik Kawin Kontrak sudah tidak lagi terjadi," kata Dudung kepada wartawan, Kamis (10/6/2021).
Dudung mengungkapkan, praktik Kawin Kontrak yang sempat terjadi di wilayahnya sebagian besar dilakukan oleh para pendatang. Mereka datang ke desanya dengan menyewa sejumlah villa.
"Kami pastikan para perempuan yang melakukan kawin kontrak merupakan pendatang, termasuk para pelaku lainnya yang terlibat dalam kegiatan ilegal itu," ujarnya.
Bahkan, dijelaskan Dudung, jajarannya telah jauh-jauh hari memberikan pemahaman terhadap warga setempat terkait dampak negatif dari praktik kawin kontrak.
"Pemerintah Desa sudah sangat sering memberikan pemahaman dan edukasi ke masyarakat soal praktik Kawin Kontrak yang dinilai sangat merugikan bagi warga, terutama kaum perempuan," jelasnya.
Baca Juga: Tegas! Rocky Gerung ke Yandri Susanto: You DPR Tugasnya Periksa Pikiran Pemerintah
Bahkan pada 2013 lalu, lanjut Dudung, pihaknya telah menyampaikan langsung kepada pemerintah pusat melalui kementerian terkait tentang fenomena praktik Kawin Kontrak yang diduga terjadi di wilayahnya.
"Saat itu, saya bertemu dengan perwakilan dari sejumlah kementerian membahas fenomena ini. Jika memang praktik ini kembali terjadi, kami akan tindak lanjuti dengan melakukan sidak ke sejumlah lokasi yang disinyalir menjadi tempat kawin kontrak," katanya.
Dudung menyebutkan, Desa Sukanagalih memiliki luas wilayah sekitar 363 hektar dengan jumlah penduduk 21.598 jiwa itu didominasi warga bermata pencaharian sebagai buruh.
"Di wilayah Desa kami terdapat 50 RT, 19 RW dan tujuh kedusunan. Mayoritas warga kami bermata pencaharian sebagai buruh. Bahkan, dari total lahan desa, hanya 30 persen persen yang dimiliki warga lokal, sebagian besarnya milik warga atau pengusaha dari luar kota," ucapnya.
Dudung dengan tegas menolak dengan praktik kawin kontrak. Pihaknya sangat mendukung rencana Pemkab Cianjur yang akan membuat Peraturan Bupati (Perbup) terkait larangan praktik tersebut.
"Harus segera direalisasikan. Selain, bertentangan dengan aturan agama, praktik Kawin Kontrak juga sangat merugikan dan sangat menghinakan kaum perempuan," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 24 Agustus: Raih Skin SG2 dan Diamond di Akhir Pekan
Pilihan
-
Here We Go! FC Utrecht Lepas Miliano Jonathans ke Timnas Indonesia
-
Danantara Pecat Immanuel Ebenezer dari Komisaris Pupuk Indonesia Usai Terjaring OTT KPK!
-
Emil Audero Debut Sensasional, Kini Siap Duel Lawan Jay Idzes di Akhir Pekan
-
Starting XI Terbaik Liga Inggris Pekan Kedua: Minus Pemain Manchester United
-
Terungkap! Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans Awalnya Beda Proyeksi di Timnas Indonesia
Terkini
-
Ini Dia Bocoran 2 Dinas Baru Pemkab Bogor, Siap-Siap Ngantor Sementara di Vivo Mall
-
Kejutan Selasa! Dapatkan Saldo DANA Gratis Cukup dengan Sekali Klik di Sini
-
Baru Sebulan Diterima, Bantuan Traktor untuk Petani Cianjur Malah Dijual Ketua Gapoktan
-
Macan Tutul Masuk Balai Desa, Warga Kuningan Panik!
-
Klaim 5 Saldo DANA Kaget Ratusan Ribu, Bisa Buat Ngopi Ramai-Ramai