Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 12 Juli 2021 | 11:48 WIB
ILUSTRASI-RSUD Adjidarmo Rangkasbitung melayani pasien COVID-19 dengan mendirikan tenda untuk perawatan medis. (Antara)

SuaraJabar.id - Samsul Anwar (45) masih mengingat betul betapa sulitnya mencari ranjang perawatan hingga berebut makam untuk kakak iparnya yang terpapar COVID-19.

Sudah delapan rumah sakit rujukan yang ia coba agar kakak iparnya yang berasal dari Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi itu segera mendapat perawatan. Namun hasilnya nihil.

Cerita memilukan itu bermula pada 30 Juni 2021. Sejak berada di rumah, kakak iparnya itu mengalami gejala COVID-19. Di antaranya sesak nafas, hingga kemudian mencari oksigen yang susahnya minta ampun.

"Besoknya oksigen susah sekali didapat. Sementara saturasinya terus menurun sampai angka 67," tutur Samsul saat dihubungi Suara.com, Senin (12/7/2021).

Baca Juga: Daftar Lengkap 742 Lab Tes PCR untuk Syarat Penerbangan, Berlaku Mulai Hari Ini

Tak ingin menyerah, pihak keluarga kemudian memutuskan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Dustira pada 30 Juni 2021 sekitar pukul 19.30 WIB. Namun ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) saat itu penuh.

Di depan ruang IGD rumah sakit tersebut, Samsul melihat sejumlah pasien antre. Ditambah ada sekitar 7 amabulans yang juga membawa pasien. Semuanya, termasuk ia dan keluarganya cemas.

"Swab antigen di Puskesmas negatif. Tetapi ciri-ciri klinis sudah mengarah ke COVID-19. Pas dibawa ke (rumah sakit) Dustira, dokter juga sudah sangat yakin COVID-19," ujar Samsul.

Setelah menceritakan kondisi pasien kepada dokter, kakak ipar Samsul tak bisa dilayani di Rumah Sakit Dustira sebab kondisinya sangat tak memungkinkan. Baik IGD maupun ruang perawatan sudah penuh.

Ia dan keluarganya paham. Segeralah ia kontak sana-sini hingga akhirnya disarankan temannya untuk dibawa ke Rumah Sakit Cahya Kawaluyaan, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata kondisinya sama.

Baca Juga: Indonesia Dapat Bantuan 1000 Tabung Oksigen dari Perusahaan Singapura

Samsul kemudian membuka aplikasi Siranap Kementerian Kesehatan RI dan melihat ada 1 bed yang kosong di Rumah Sakit Advent Kota Bandung. Setelah didatangi, ternyata kondisinya juga penuh. Termasuk diruang Intensif Care Unit (ICU).

Ia pun menghubungi koleganya dari mulai Rumah Sakit Rotinsulu, Rumah Sakit Al Ihsan, Rumah Sakit Al Islam, Rumah Sakit Emanuel, hingga Rumah Sakit Santosa.

Ternyata kondisinya sama. Di satu sisi, ia makin cemas sebab kondisi kakak iparnya sangat butuh pertolongan.

Samsul kemudian membawa kakak iparnya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Tiba sekitar pukul 00.00 WIB, lagi-lagi pemandangan yang sama terlihat. Ada sekitar 90 pasien yang antre hingga ambulan hilir mudik.

Namun, pasien akhirnya diterima di RSHS Bandung dengan tidak ada jaminan pertolongan maksimal sebab semua ruangan sudah penuh.

Keluarga diskusi dan menyerahkan perawatan kepada RSHS. Pasien diterima di selasar IGD, karena IGD sudah penuh.

"Kami pasrah. Setidaknya berada dalam pemantauan ahlinya. Mereka sigap, meskipun nampak lelah sangat," ucap Samsul.

Kemudian pada 1 Juli 2021 pagi, kakak iparnya menjalani swab test PCR meksipun saat itu dokter meyakini bahwa pasien terinfeksi virus Corona. Dokter selalu memberikan informasi perkembangan harian.

Tukang gali kubur tengah menggali lubang di Pemakaman Khusus COVID-19 di TPU Lebaksaat, Cipageran, Cimahi Utara, Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Memasuki hari ke-7, kakak ipar Samsul masuk ruang perawatan Kemuning RSHS Bandung. Hingga kemudian pada 10 Juli 2021 sekitar pukul 09.00 WIB, pihak keluarga diberi kabar bahwa pasien kondisinya kritis.

"Dengan saturasi 50-an. Ventilator sudah kepakai semua. Kami diinfokan untuk menerima kabar terburuk sekalipun," terang Samsul.

Kabar terburuk itu pun disampaikan dokter. Kakak iparnya dinyatakan meninggal sekitar pukul 12.00 WIB. Semuanya berduka, namun mencoba ikhlas sebab takdir sudah ditetapkan Tuhan.

Secara tertulis dalam dokumen muncul pada dokumen surat kematian bahwa pasien memang terinfeksi COVID-19. Dalam suasana duka, Samsul pun harus bergegas menyiapkan pemakaman.

Ia menghubungi UPT Pemakaman pada Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi. Samsul pun langsung ke TPU Lebaksaat, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

Di sana, ia melihat pemakaman nyaris penuh saat ini. Hanya tersisa satu lubang kala itu. Namun di waktu yang sama, ada juga jenazah COVID-19 yang hendak dimakamkan di sana.

Namun, kebijakan berpihak. Sebab DPKP Kota Cimahi sebelumnya sudah membuat kebijakan bahwa pemakaman khusus COVID-19 hanya untuk warga yang memiliki KTP Kota Cimahi.

"Rebutan dengan warga KBB. Kebijakan Kota Cimahi yang 'memenangkan' kami," ucap Samsul.

Jenazah pun dimakamkan menggunakan protokol COVID-19. Almarhum meninggalkan tiga anak, satu di antaranya masih berusia 5 tahun yang kini menjadi yatim piatu. Sebab, ayahnya beberapa tahun lalu sudah mendahului dipanggil Tuhan sebelum COVID-19 mewabah.

Dari peristiwa pilu yang dialami keluarganya, Samsul mengingatkan bahwa COVID-19 itu nyata. Untuk itu, ia berharap masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More