Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 25 Juli 2021 | 13:05 WIB
Asep Muhamad Rahman Soleh (39), Sopir Ambulan Pembawa Ratusan Pasien Covid-19 di Kota Cimahi. [Istimewa]

SuaraJabar.id - Asep Muhamad Rahman Soleh, 39, masih ingat betul ketika pertama kali membawa pasien yang terinfeksi COVID-19. Ketika itu, virus tersebut mulai menginfeksi warga Kota Cimahi.

Menggunakan ambulans yang setia menemaninya sejak tahun 2011, warga Kampung Cisangkan Girang, RT 04/10, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi itu merujuk pasien ke pusat isolasi BPSDM Jabar.

Ketika itu Asep tidak hanya dituntut jago mengemudi, ia juga harus memiliki mental kuat, ditambah bayang-bayang infeksi virus corona jenis. Juga harus menggunakan Alat Pelindung Dkri (APD) secara lengkap disertai bekal atau cara memperlakukan pasien yang secara khusus itu.

"Pertama merujuk pasien itu Maret 2020 ke BPSDM," ucap Asep kepada Suara.com, belum lama ini. 

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Sumut Bertambah 1.276 dalam Sehari

Ketika itu, hanya Asep dan temannya bernama Ridwan yang bertugas membawa pasien COVID-19 se-Kota Cimahi. Kemudian selang sebulan kasus yang terkonfirmasi positif di Kota Cimahi pun semakin membeludak.

Sehingga kebijakan baru pun dibuat, dimana pasien khusus yang terinfeksi virus korona harus dirujuk sopir ambulan Puskesmas masing-masing. Saat itu Asep ditugasi untuk meng-cover Puskesmas yang tidak memiliki sopir ambulan.

"Waktu lagi-rame-ramenya saya setiap hari merujuk 4-6 pasien. Kebetulan saya hanya antar pasien, bukan jenazahnya," ujar Asep.

Diakuinya berhadapan dengan pasien COVID-19 haruslah memiliki mental yang kuat, sebab bhkan hanya bahaya jalanan yang mengintai, melainkan juga risiko tertular virusnya pun cukup besar.

Namun dengan niat ibadah dan mengikuti protokol kesehatan yang dilengkapi APD, Asep meyakini akan terhindar dari COVID-19. Ia tetap ikhlas dan selalu siap dengan tugas yang diamanatkan kepadanya.

Baca Juga: Selama PPKM Darurat, 327 Nakes di Kota Tangerang Terpapar Covid-19

"Alhamdulillah belum pernah dan jangan sampai tertular," tuturnya.

Asep sendiri punya pengalaman aneh ketika membawa pasien, namun hatinya tak mendukukung. Kondisi itu dialaminya ketika awal menjadi sopir ambulan. Hatinya selalu berontak membawa pasien.

Selalu saja ada kejadian yang janggal. Seperti ban selalu bocor, terkadang lampu kendaraan menyala sendiri hingga mobil yang dibawanya terasa lebih berat dari  jasanya.

"Setelah kejadian itu, saya niat bawa pasien ini untuk ibadah. Makannya sekarang mau malam atau subuh juga saya Insya Alloh siap merujuk," sebut Asep.

Ia sendiri pertama kali menjadi sopir ambulan tahun 2011 ketika ada informasi lowongan di Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Ia ditugasi menjadi sopir ambulan di Puskesmas Padasuka. Ia berstatus Tenaga Harian Lepas (THL).

Asep pun harus beradaptasi dengan mobil ambulan, yang tentunya memiliki adrenalin berbeda dengan kendaraan biasa. Awalnya ia gugup, sebab nyawa pasien seolah berasa dibawah kendalinya saat pertama kali merujuk.

"Pertama merujuk, deg-degan serba bingung soalnya nyawa pasien ada di kendali saya. Begitu yang ada diingatan saya. Kalau saterusnya biasa aja seperti membawa mobil biasa," ungkap Asep.

Kemudian tahun 2012, Asep sempat ditarik ke Dinas Kesehatan yang merangkap menajdi sopir Sekretaris Dinas Kesehatan saat itu. Tahun 2020 ia ditugaskan lagi di Puskesmas Cipageran dan bertahan hingga saat ini.

Beberapa saat berada di Puskesmas Cipageran, ia pun langsung dihadapkan dengan pandemi COVID-19. Sudah ada ratusan pasien COVID-19 yang ia tujuk ke berbagai rumah sakit rujukan maupun pusat isolasi lainnya.

Berbagai kondisi pasien Asep temukan. Dari mulai yang ringan sampai terparah, seperti yang mengalir gejala sesak nafas hingga berjalan pun harus dibopong. Air matanya pun sempat menetes ketika ia menyaksikan pasien yang dibawanya meninggal dunia.

"Waktu itu, begitu sampai IGD sudah serah terima, pasien meninggal. Belum sempat mendapat tindakan dari rumah sakit, keburu meninggal," beber Asep.

Kemudian kesan bahagia selalu dirasakan Asep ketika ada pasien yang dirujuknya kembali sembuh. Ia pun berharap pandemi COVID-19 ini segera mereda, bahkan berakhir. Sehingga kehidupan pun bisa berjalan normal seperti beberapa tahun lalu.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More