Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 12 September 2021 | 12:02 WIB
Abah Kecrik, kuncen Gunung Hejo di Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Usia Mustopa bin Ija Banten sudah tak muda lagi. Pria senja yang kerap disapa Abah Kecrik itu kini sudah berusia 97 tahun.

Di usianya senjanya, Abah Kecrik memilih tinggal di pedalaman Kabupaten Purwakarta. Tepatnya di Kampung Cijurey, RT 14/05, Desa Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan setelah hijrah dari Banten.

Ternyata Abah Kecrik bukan sosok sembarangan. Ada alasan kuat ia tinggal di wilayah perkampungan yang hanya dihuni beberapa rumah. Ia adalah kuncen Gunung Hejo, gunung yang dikenal dengan hal-hal mistis dan berbagai mitos.

Gunung itu terletak berdekatan dengan rumah Abah Kecrik dan hanya dipisahkan ruas Jalan Tol Cipularang KM 96-97.

Baca Juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Ketahui Mitos dan Fakta Tentang Bunuh Diri

Di atas gunung tersebut, terdapat makam keramat atau petilasan raja-raja Pajajaran di zaman dahulu seperti Prabu Siliwangi. Itulah mengapa banyak orang datang untuk berziarah ke gunung ini.

Petilasan atau makam keramat yang ada di Gunung Hejo, Darangdan, Kabupaten Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Petilasan itu ditandai dengan batu dibungkus kain putih dikelilingi pagar besi di sebut-sebut tempat yang pernah disinggahi Prabu Siliwangi. Petilasan itu berdiameter kurang lebih 1,5 x5 meter.

"Awalnya saya juga tidak tahu di sana ada makam keramat soalnya kan hutan belantara," ujar Abah Kecrik kepada Suara.com, Selasa (7/9/2021).

Ia tak ingat betul kapan percisnya mendatangi Gunung Hejo. Namun diperkirakan sebelum Tol Cipularang dibangun tahun 2003. Ketika itu Abah Kecrik datang ke gunung tersebut ia menginap di sana selama 40 hari 40 malam.

Ia hanya membawa bahan-bahan untuk membuat kecrik atau jalan penangkap ikan yang dibuatnya selama berada di sana yang membuatnya disapa Abah Kecrik.

Baca Juga: Heboh Isu Makhluk Gaib Misterius Keranda Terbang, Apa Itu Lampor?

"Saya enggak makan dan minum di sana. Buat kecrik terus," ucapnya.

Puluhan hari berada di Gunung Hejo tanpa makan dan minum, tubuh Abah Kecrik pun semakin melahirkan. Ia pun turun digendong oleh kuncen sebelumnya yang disebut Abah Ita.

KM 96-97 Tol Cipularang. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Setelah itu, Abah Kecrik beserta anak-anak Abah Ita dikumpulkan. Ia pun ditunjuk menjadi salah satu pewaris untuk menjadi Gunung Hejo. Abah Kecrik heran ketika itu sebab ia merasa tak punya bekal ilmu untuk itu.

"Saya juga bingung. Saya diminta jadi penerusnya," tutur Abah Kecrik.

Sejak ditunjuk itulah ia mulai bertugas bersama anak Abah Ita lainnya bernama Abah Jaya. Abah Kecrik pun menjadi salah satu saksi ketika Gunung Hejo hendak ditembus untuk dijadikan jalur Tol Cipularang.

Namun hal-hal diluar nalar terjadi ketika gunung tersebut akan ditembus. Alat peneropong tiba-tiba rusak hingga alat berat mati mendadak.

Upaya menembus Gunung Hejo pun batal, sehingga jalur yang dipilih untuk membuka akses menuju Bandung adalah melingkar.

Dibalik hal mistis dan mitos yang berkembang, Abah Kecrik hingga kini masih setia "menemani" petilasan Prabu Siliwangi di Gunung Hejo yang masih kerap didatangi pengunjung dari berbagai daerah.

Ipin Tajul Aripin, salah seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan, Abah Kecrik memang merupakan salah satu penerus Abah Ita sebagai kuncen Gunung Hejo. Menurut informasi, Abah Ita meninggal tahun 2019 lalu.

"Abah Kecrik itu anak angkat dari Abah Ita yang ditunjuk jadi salah satu penerusnya. Dia dipercaya jadi kuncen," ujar Ipin.

Menurutnya, Abah Kecrik berasal dari Banten. Ketika datang ke wilayah Gunung Hejo, ia langsung menuju petilasan ketika itu. "Ia langsung ke petilasan. Pas 40 hari di sana, dia digendong sama Abah Ita," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More