Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 24 November 2021 | 12:38 WIB
kabupaten Cianjur

SuaraJabar.id - Sejarah Kabupaten Cianjur. Tidak banyak yang diketahui tentang Kabupaten Cianjur karena sedikitnya sumber. Namun beberapa hal yang diketahui yakni pada abad ke 17, rakyat Sagara Herang berpindah ke pinggir sungai untuk bertani dan tinggal.

Mereka adalah orang hingga orang yang mematuhi Raden Djajasasana Aria Wiratanu. Raden Djajasasana merupakan putra dari Aria Wangsa Goparana dari Saraherang.

Saat itu, VOC menggunakan di bagian barat Sungai Citarum dengan sesuka hati berdasarkan perjanjian lisan Mataram dengan VOC. SEBAGAI IMBALAN, Mataram meminta VOC berkaitan dengan pemberontakan Trunajaya. Selanjutnya VOC mengadakan perjanjian lagi yang berisi bahwa daerah kekuasaan VOC bertambah lagi antara sungai Citarum dan daerah Cipunagara. Lambat laun kekuasaan Mataram pun hilang di daerah hingga daerah itu.

Raden Aria Wangsa Goparana terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk agama Islam, ketika orang hingga orang di sana mayoritas beragama Hindu. Kemudian ia mendirikan negeri di Sagaraherang yang diikuti abdinya. Raden Wiratanu putra dari R.A. Wangsa Goparana berasal dari Talaga keturunan Sunan Talaga. Ia bertugas membuka wilayah bernama Cikundul. Daerah ini sekaligus menjadi wilayah pemukiman rakyat Djajasana. R.A. Wangsa Goparana juga mendirikan pesantren.

Baca Juga: Buruh Cianjur Bakal Kawal Janji Disnaker yang akan Perjuangkan UMK Naik 10 Persen

Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Bogor, Bandung, Garut, dan Sukabumi. Kabupaten ini terdiri dari 342 desa, 32 kecamatan, 6 kelurahan.

Kabupaten Cianjur memiliki sejarah yang panjang yakni berdasarkan sumber tertulis di daerah Gunung Pangrango dan Gunung Gede pada tahun 1614. Cianjur pertama kali didirikan oleh Aria Wiratanudatar yang sekaligus menjadi penyebar agama Islam.

Daftar Bupati Kabupaten Cianjur

  1. R.A. Wira Tanu I pada 1677 hingga 1691,
  2. R.A. Wira Tanu II 1691 hingga 1707,
  3. R.A. Wira Tanu III 1707 hingga 1727,
  4. R.A. Wira Tanu Datar IV 1927 hingga 1761,
  5. R.A. Wira Tanu Datar V 1761 hingga 1776,
  6. R.A. Wira Tanu Datar VI 1776 hingga 1813,
  7. R.A.A. Prawiradiredja I 1813 hingga 1833,
  8. R. Tumenggung Wiranagara 1833 hingga 1834,
  9. R.A.A. Kusumahningrat Dalem Pancaniti 1834 hingga 1862,
  10. R.A.A. Prawiradiredja II 1862 hingga 1910,
  11. R. Demang Nata Kusumah 1910 hingga 1912,
  12. R.A.A. Wiranatakusumah 1912 hingga 1920,
  13. R.A.A. Suriadiningrat 1920 hingga 1932,
  14. R. Sunarya 1932 hingga 1934,
  15. R.A.A. Suria Nata Atmadja 1934 hingga 1943,
  16. R. Adiwikarta 1943 hingga 1945,
  17. R. Yasin Partadiredja 1945 hingga 1945,
  18. R. Iyok Mohamad Sirodj 1945 hingga 1946,
  19. R. Abas Wilagasomantri 1946 hingga 1948,
  20. R. Ateng Sanusi Natawiyoga 1948 hingga 1950,
  21. R. Ahmad Suriadikusumah 1950 hingga 1952,
  22. R. Akhyad Penna 1952 hingga 1956,
  23. R. Holland Sukmadiningrat 1956 hingga 1957,
  24. R. Muryani Nataatmadja 1957 hingga 1959,
  25. R. Asep Adung Purawidjaja 1959 hingga 1966,
  26. Letkol R. Rakhmat 1966 hingga 1966,
  27. Letkol Sarmada 1966 hingga 1969,
  28. R. Gadjali Gandawidura 1969 hingga 1970,
  29. Drs. H. Ahmad Endang 1970 hingga 1978,
  30. Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja 1978 hingga 1983,
  31. Ir. H. Arifin Yoesoef 1983 hingga 1988,
  32. Drs. H. Eddi Soekardi 1988 hingga 1996,
  33. Drs. H. Harkat Handiamihardja 1996 hingga 2001,
  34. Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi 2001 hingga 2006,
  35. Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM 2006 hingga 2011,
  36. Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM 2011 hingga 2016,
  37. Irvan Rivano Muchtar pada 2016-2018,
  38. Herman Suherman (plt),
  39. Dudi Sudrajat Abdurachim pada 2020,
  40. Herman Suherman pada 2021-2025.

Topografi

Kabupaten Cianjur merupakan dataran tinggi dan beberapa dataran rendah yang sempit. Daerah tersebut kerap digunakan sebagai lahan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Beberapa diantaranya juga merupakan hutan produktif, tanah pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, tanah perkebunan, tambak, pemukiman, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kawasan ini cocok digunakan sebagai lahan pertanian dan peternakan dengan tumbuhan seperti sayur, tanaman hias, padi, buah hingga buahan, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Takziah ke Rumah Sarah, Istri Wagub Jabar Beri Pesan Ini

Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah hingga buahan. Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah hingga buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi.

Tempat Wisata dan Warisan Budaya

Kabupaten Cianjur juga memiliki tempat wisata seperti Wisata Air Curug Citambur, Curug Cibeureum, Curug Ciismun, Curug Luhur, Curug Cikondang, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas, Mendaki Gunung Gede Pangrango, Mengunjungi Situs Sejarah Gunung Padang, Perkebunan Teh Gede, Kota Bunga, Pantai Jayanti, Gunung Kasur, Wana Wisata Pokland, Telaga Biru, Istana Presiden Cipanas, Taman Bunga Nusantara, Pantai Lugina, dan Pantai Apra. Tempat hingga tempat tersebut tentu sangat menarik dikunjungi. Warisan budaya dari Kabupaten Cianjur adalah condre. Condre berbentuk seperti pisau dengan gagang.

Demikian sejarah Kabupaten Cianjur. Cianjur merupakan kabupaten yang sangat erat dengan perkembangan Agama Islam. Oleh karena itu, sejarah Kabupaten Cianjur sangat menarik untuk ditelusuri.

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

Load More