Ari Syahril Ramadhan
Senin, 13 Desember 2021 | 14:30 WIB
ilustrasi kekerasan seksual. [ema rohimah / suarajogja.id]

"Waktu malam pertama, dia bilangnya ngerti soalnya pasti cape abis hajatan (pesta pernikahan)," kenangnya.

Belia mengaku terus membuat alasan agar suaminya tak memaksa untuk melakukan hubungan suami istri. Tiap malam, ia selalu beralasan tak enak badan.

Ia melihat suaminya tak pernah emosi atau marah. Suaminya hanya meminta Belia untuk membantunya masturbasi.

"Itu aja udah sebel banget, enek. Tapi daripada sampai hubungan seks aku bener-bener gak mau," ujarnya.

Baca Juga: Belasan Santriwati Diperkosa Guru, Ridwan Kamil Dorong RUU TPKS Segera Terealisasi

Kondisi itu ia alami hingga dua pekan lamanya. Saat suaminya bekerja dari pagi hingga sore hari, Belia mengaku hanya bisa terdiam di kamar sambil menangis.

Hingga pada suatu malam, suaminya memaksa untuk melakukan hubungan badan. Ia terus dirayu, namun tetap memberikan alasan tak enak badan.

Sang suami terus memaksa, mengingat Belia mengatakan jika keesokan harinya adalah jadwal menstruasi.

Belia mengatakan sang suami akhirnya mengalah. Suaminya kemudian memijatnya dan memberi empat butir obat.

Saat itu Belia diberi tahu jika obat itu merupakan vitamin agar ia bisa kembali bugar saat bangun di esok hari.

Baca Juga: Luka Korban Dosen Unsri: Dilecehkan, Dikirim Pesan Porno, Disekap Saat Yudisium

Belia sempat menolak pemberian empat pil kecil berwarna putih itu. Namun ia luluh ketika sang suami terus merayu.

Load More