Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan | Elvariza Opita
Senin, 22 Agustus 2022 | 04:45 WIB
ILUSTRASI uang gaji. [Freepix]

"Tabungin aja mbak kalo gitu, buat daftarin ke pengadilan agama. Kan ga ada gunanya juga laki-laki gitu," usul warganet.

"Berbakti kepada ibu tapi jangan dzolim dengan istri. Berbakti pada ibu wajib, tapi juga harus memuliakan istri," timpal yang lainnya.

Mana yang Lebih Utama, Menafkahi Istri atau Ibu?

Ilustrasi mertua dan menantu (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seyogyanya seorang pria memang bisa memuliakan istri sekaligus berbakti kepada ibu. Dengan kata lain, ia bisa menafkahi istri dan ibunya sekaligus dengan jumlah yang memadai.

Baca Juga: Cerita Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, Hits hingga Viral dan Berujung Permintaan Maaf

Namun tidak semua pria bisa melakukan hal ini, bukan? Karena itulah diperlukan skala prioritas, yang bila merujuk pada Islampos.com maka seharusnya mendahulukan istri dan anak.

Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli fiqih, termasuk penyusun kitab Kasyful Kina'. Menurutnya seseorang yang tidak memiliki kelebihan nafkah maka waijb mencukupi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu.

Jika ada kelebihan, maka yang harus didahulukan adalah istri berdasarkan kewajiban saling timbal balik atau al-mu'awadoh, yakni istri memberi pelayanan kepada suami dan diimbali dengan nafkah.

Hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, "Jika Allah Ta’ala memberikan kepada salah seorang di antara kalian kebaikan – nikmat atau rezeki, maka hendaknya dia memulai dengan dirinya dahulu dan keluarganya." (HR Muslim)

Lalu Rasulullah SAW juga bersabda, "Nafkah yang paling besar pahalanya adalah nafkah yang dikeluarkan oleh seseorang kepada keluarganya." (HR Muslim)

Baca Juga: Deretan Kasus Dugaan Kebocoran Data di Indonesia Sepanjang 2022, Terbaru Riwayat Browsing Pengguna Indihome

Barulah jika mempunyai kelebihan rezeki lagi bisa membagikannya kepada orang tua, terutama bila mereka sudah tak mampu lagi bekerja.

Load More