Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 31 Oktober 2022 | 08:10 WIB
Aksi yang dilakukan Warga Jaringan Tanpa Asap Batu Bara (Jatayu) Indramayu, di lahan milik salah satu warga di sekitar area PLTU 1 Indramayu (Suara.com / Danan Arya).

Saat ini Surmi hanya bisa mengeluh dan berpasrah diri melihat rentetan kerusakan-kerusakan alam semenjak kehadiran PLTU 1 Indramayu.

"Jadi sekarang nanem terong pada merah-merah, udah di pupukin, tetep pada merah di cabutin lagi, buangin lagi. Udah ngurusinya cape, malah kering daunnya pada jatuh,"

"Pupuknya mahal satu kwintalnya 1 juta lebih, tetep aja,nanem kacang juga kuning lagi. Jadi susah di kelola, kalau dulu engga gitu," keluh Surmi

Keluhan sama juga diungkap oleh Tarmudi. Asap pembuangan PLTU 1 Indramayu membuat lahan pertanian milik warga banyak yang tidak subur lagi.

Baca Juga: Kolaborasi Berikan Bantuan Kepada UMKM Eks Pekerja Konstruksi PLTU Batang

"Dampak ke tanaman terutama ke padi, pertanian itu mulai tahun 2019, mulai kita mengelola tanah kesulitan dari pembibitan itu sudah berubah merah terkadang bisa mati, itu bukan bentuk hama itu dikenal penyakit," jelas Tarmudi yang juga salah satu koordinator Jatayu

Kontributor : Danan Arya

Load More