Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 07 November 2022 | 10:01 WIB
Aksi yang dilakukan Warga Jaringan Tanpa Asap Batu Bara (Jatayu) Indramayu, di lahan milik salah satu warga di sekitar area PLTU 1 Indramayu (Suara.com/Danan Arya).

PLTU II ibarat neraka baru bagi warga sekitar setelah kehadiran PLTU I. Apalagi bahan pembarakan yang digunakan tidak hanya batu baru tapi juga serbuk kayu.

"Jadi artinya batu bara sudah mengandung racun yang begitu besar di tambah lagi dengan kayu, ya tambah racun lagi kan," ucap Rodi.

Metode co-firing biomassa merupakan salah satu strategi pemerintah untuk transisi energi dan diklaim sebagai metode netral karbon. Padahal emisi dari pembakaran biomassa ini terindikasi sama atau lebih dari pada batubara.

Salah satu dari 35 PLTU di Indonesia yang sudah menerapkan metode co-firing yakni PLTU Indramayu 1 dengan kapasitas 3 x 330 MW, PLTU I Indramayu ini telah melakukan co-firing biomasa pelet kayu sejak akhir tahun 2021.

Baca Juga: Kepulan Asap Pembakaran Batu Bara PLTU Menyiksa Kami

"Jadi kan dari data yang ada itu dari RUPTL dari 2021-2030 sebenernya targetnya akan 52 PLTU itu co firingnya sampai tahun 2025 target awalnya. Nah, per Mei tahun ini sudah sampai 32 yang PLTU Co firingnya nah itu hingga akhir tahun di targetkan oleh pemerintah sudah sampai 35 PLTU yang co firingnya," ucap juru kampanye Biomass Trend Asia, Meike Indah Erlina.

Dalam riset “Membajak Transisi Energi” serial “Adu Klaim Mengurangi Emisi” yang diluncurkan Trend Asia pada 20222, ditemukan bahwa metode co-firing tidak bersifat netral karbon, ketika menghitung emisi dari hulu ke hilir.

Apalagi ketika menimbang dampak deforestasi dan kerusakan ekologis yang ditimbulkan dari pembalakan hutan alam menjadi Hutan Tanaman Energi (HTE) atau kebun energi

Selain berdampak pada aspek ekonomi dan kesehatan warga, praktik co-firing ini berpotensi menambah beban keuangan negara.

Saat ini, kondisi jaringan listrik Jawa-Bali sudah oversupply dan angka oversupply ini diprediksi akan mencapai 61% di tahun 2030.

Baca Juga: Rentetan Kiamat Warga Indramayu Pasca Tembok Beton PLTU Berdiri

Sebelum skema co-firing dilakukan, aktivitas pembakaran batubara sudah serius dialami warga sekitar.

Load More