Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Kamis, 07 September 2023 | 15:22 WIB
Potret Gubuk Derita Warga Kampung Pemulung di TPA Sarimukti, 1 Bulan Tanpa Penghasilan (Suara.com/Ferry Bangkit)

"Saya anak tiga, tapi alhamdulillah yang 2 sudah bekerja 1 masih sekolah," ucap dia.

Ingin Pulang Kampung tapi Malu

Dalam hati terdalamnya, Yusuf ingin sekali pulang ke kampung halamannya untuk melepas rindu dengan anak dan istrinya. Biasanya dia pulang paling cepat sebulan sekali sebelum TPA Sarimukti terbakar.

Namun untuk saat ini ia memilih tidak pulang dulu meskipun punya waktu luang karena belum ada kejelasan kapan TPA dibuka lagi. Yusuf merasa jika memaksakan pulang pun percuma karena bingung tidak memiliki pekerjaan di kampung halaman.

Baca Juga: Dua Pekan TPA Sarimukti Kebakaran, Warga di Cimahi Kucing-kucingan Buang Sampah Sembarangan

Ia hanya berharap keluarganya mengerti akan kondisinya, dan berdoa semoga segera ada keajaiban yang membuat TPA Sarimukti lekas pulih.

"Kalau pulang mau, buat ongkos jiga ada bisa maksain tapi enggak bisa karena di kampung gak ada pekerjaan lagi. Biasanya saya pulang sebulan sekali. Keluarga juga khawatir sama kesehatan saya, was-was tapi mudah-mudahan selalu disehatkan," kata Yusuf.

Hidup Tanpa Bantuan

Asa untuk kembali memungut sampah sempat muncul ketika zona darurat pembuangan sampah dibuka terbatas sejak pekan lalu. Namun ternyata para pemulung tidak diizinkan masuk ke area pembuangan sementara itu. Kecewa jelas dirasakan mereka, namun hanya bisa mengelus dada.

Harapan pemulung, kebakaran TPA Sarimukti bisa segera dipadamkan sehingga pada 11 September truk-truk bisa kembali membuang sampah.

Baca Juga: Total Kerugian Akibat Kebakaran TPA Sarimukti

"Udah hampir sebulan libur, gak ada pemasukan. Informasinya tanggal 11 ini bisa lagi mudah-mudahan bener," ujar Oom Komalasari (52), pemulung lainnya.

6 Hari Kebakaran di TPA Sarimuki Belum Juga Padam, Warga Dikepung Asap, Sampah Menumpuk di Kota Cimahi (Suara.com/Mae Harsa)

Sebab mata pencahariannya terpusut usai TPA Sarimukti terbakar, para pemulung mengandalkan bantuan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk bertahan di "Kampung Pemulung".

Namun, kata Oom, bantuan seperti makanan berupa nasi, mie instans, dan sembako, namun saat ini bantuan itu sudah tidak ada lagi diterima sejak empat hari lalu.

"Bantuan (makanan) sudah empat hari enggak ada dan sudah tidak ada konfirmasi apa-apa lagi kalau masalah bantuan. Tapi kami enggak bisa mulung lagi, katanya sampai 11 September," tandas dia.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More