Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Selasa, 06 Mei 2025 | 20:56 WIB
Ilustrasi pengangguran. (pixabay/kalhh)

Isti Larasati Widiastuty menjelaskan kondisi SMK yang ada di puncak TPT itu patut didalami, karena ada beberapa faktor yang menyebabkan lulusan SMK yang disiapkan untuk langsung bekerja, masih banyak yang nganggur.

"Bisa karena link and match yang kurang pas. Tapi perlu di dalami juga dengan kajian yang lebih dalam berapa lama juga lulusan bisa dapat kerja setelah lulus. Karena biasanya di kita juga ada budaya pilih-pilih atau menunggu pekerjaan yang lebih pas gitu, nah ini perlu didalami," ujar Isti.

Meski begitu, Isti mengatakan meski jumlah pengangguran ada kenaikan, tapi dari sisi TPT menunjukan tren positif secara nasional, di mana pada 2025 ini menempati peringkat ketiga.

TPT itu dihitung dengan mempertimbangkan jumlah angkatan kerja. Sehingga tren nya berbeda dengan kenaikan pengangguran.

Baca Juga: Setelah Remaja, Dedi Mulyadi Akan Masukkan Pegawai Pemprov Nakal Dan Osis ke Barak Militer

"Kalau secara nasional, TPT Jabar tidak lagi yang pertama seperti 2024 lalu. Tapi di ketiga di bawah Papua dan Kepulauan Riau," ujarnya.

BPS mengungkapkan proporsi pekerja formal sebanyak 44,11 persen dan informal sebanyak 55,89 persen. Pekerja formal merupakan pekerjaan yang dibantu buruh tetap dan juga buruh/karyawan atau pegawai, sedangkan pekerja informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.

Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha yang tertinggi adalah sektor perdagangan sebesar 23,10 persen, diikuti industri pengolahan sebesar 18,12 persen dan pertanian sebesar 15,57 persen.

Lapangan usaha Perdagangan menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja selama Februari 2024-Februari 2025, yaitu sebanyak 0,56 juta (560 ribu) orang.

Baca Juga: Bupati Garut Dukung Ide Dedi Mulyadi Soal Pendidikan Semi Militer untuk Pelajar

Load More