Andi Ahmad S
Senin, 25 Agustus 2025 | 21:30 WIB
Kepala DP3APPKB Kota Cirebon Suwarso Budi (tengah) saat memberikan keterangan di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA/Fathnur Rohman.

SuaraJabar.id - Puluhan siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dilaporkan menjadi korban manipulasi foto bermuatan asusila yang dilakukan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Mirisnya, terduga pelaku utama juga masih berstatus pelajar.

Menanggapi kasus yang viral dan meresahkan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon sigap turun tangan.

Melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), Pemkot membuka ruang pendampingan hukum dan pemulihan psikologis bagi seluruh korban.

Kepala DP3APPKB Kota Cirebon, Suwarso Budi, menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah kondisi mental para korban.

Mengingat kasus ini sudah tersebar luas di media sosial, dampak psikologis yang dialami bisa sangat berat dan berpotensi mengganggu masa depan mereka.

“Kami menyediakan layanan pendampingan. Kalau memang membutuhkan bisa menghubungi kami,” kata Budi di Cirebon, dilansir dari Antara.

Pihaknya memastikan akan mengawal ketat proses hukum yang berjalan di Unit PPA Satreskrim Polres Cirebon Kota agar penanganannya sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.

“Kami pastikan mengawal prosesnya (hukum) agar sesuai dengan ketentuan terkait dengan perlindungan anak," tegasnya.

Baca Juga: Keji! Jasad Bayi Ditemukan di Sungai Cianjur dengan Luka Misterius, Polisi Buru Orang Tua

Kasus ini pertama kali mencuat ke permukaan setelah sejumlah kuasa hukum yang mewakili korban angkat bicara. Sharmila, salah satu kuasa hukum, membeberkan bagaimana modus operandi keji ini dijalankan.

Menurutnya, terduga pelaku utama adalah seorang pelajar SMA yang memiliki keahlian mengedit foto menggunakan aplikasi berbasis AI. Namun, ia tidak bekerja sendiri.

Pelaku diduga dibantu oleh pihak lain yang bertugas sebagai 'penyuplai', yakni mencari dan mengumpulkan foto-foto para korban dari akun media sosial mereka.

Foto-foto inilah yang kemudian dieksekusi oleh 'tukang edit' untuk dimanipulasi menjadi konten vulgar seolah-olah korban berpose tanpa busana.

“Yang terlibat lebih dari satu, ada yang menyuplai foto dan ada yang mengedit,” jelas Sharmila.

Para korban dan keluarga kini menaruh harapan besar pada aparat penegak hukum. Reza, kuasa hukum lainnya, menekankan pentingnya proses hukum yang serius dan transparan untuk memberikan rasa keadilan.

Ia juga mengingatkan bahwa penanganan kasus harus mematuhi sistem peradilan pidana anak, mengingat pelaku juga di bawah umur.

Menurutnya, tindakan tegas diperlukan tidak hanya untuk menghukum pelaku, tetapi juga untuk menciptakan efek jera agar kejadian serupa yang memanfaatkan teknologi untuk kejahatan tidak terulang kembali di lingkungan pelajar.

“Kami semua berharap bisa mengawal kasus ini hingga para korban mendapatkan keadilan," tutur Reza.

Load More