SuaraJabar.id - Di permukaan, kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor yang mewajibkan pemutaran lagu "Ibu Pertiwi" di seluruh instansi hingga lampu merah adalah sebuah langkah nasionalis yang puitis.
Namun, jika diselami lebih dalam, instruksi yang tertuang dalam surat edaran bernomor 200.1.1/24 ini bisa jadi merupakan salah satu manuver politik paling subtil yang pernah dilakukan oleh pemerintah daerah.
Ini bukan sekadar ajakan merenung, ini adalah sebuah protes sunyi. Sebuah kritik halus yang dibungkus dalam melodi melankolis, disiarkan langsung dari menara birokrasi ke telinga publik.
Kunci untuk membaca kebijakan ini sebagai sebuah pernyataan politik terletak pada penjelasan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika.
Ia tidak berbicara dalam bahasa normatif birokrasi. Sebaliknya, ia secara gamblang dan berani menunjuk langsung pada sumber kegelisahan yang mendasari kebijakan ini.
Saat ditanya alasannya, Ajat tidak berlindung di balik jargon "cinta tanah air". Ia justru menarik garis lurus antara lagu "Ibu Pertiwi" dengan gejolak sosial yang terjadi di seantero negeri.
"Papua yang ga pernah demo, demo. Bone demo, ga pernah. Bahkan Bali walaupun kita demo Bali gak pernah demo, tapi saat ini Bali ada demo," ungkapnya pada Selasa, 2 September 2025.
Pernyataan ini adalah sebuah anomali. Seorang pejabat eselon atas secara terbuka mengakui adanya instabilitas di berbagai daerah sebagai alasan di balik sebuah kebijakan simbolik.
Ini adalah pengakuan bahwa kondisi nasional sedang tidak baik-baik saja, dan pemerintah daerah merasakan getarannya.
Baca Juga: Pemkab Bogor Wajibkan Putar Lagu Ibu Pertiwi di Lampu Merah hingga Stasiun, Siap Tanggung Royalti?
Puncaknya adalah saat ia menafsirkan lirik lagu tersebut bercerita tentang bagaimana sekarang Ibu Pertiwi sedang bersusah hati.
Kalimat ini bukan lagi sekadar interpretasi lirik, melainkan sebuah diagnosis kondisi bangsa dari kacamata Pemkab Bogor.
Mengapa memilih lagu dan bukan pernyataan pers atau surat terbuka?
Dalam lanskap politik Indonesia, kritik langsung dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat atau kondisi nasional secara umum adalah langkah yang sensitif dan berisiko. Menggunakan medium seni seperti lagu menjadi jalan keluar yang cerdas.
Ini adalah cara untuk menyuarakan kegelisahan tanpa menimbulkan konfrontasi langsung.
Pesannya tersampaikan kepada publik, memancing diskusi, namun tetap berada dalam koridor simbolik yang sulit untuk diserang secara frontal.
Pemkab Bogor seolah berkata, "Kami tidak bisa bicara banyak, biarkan lagu ini yang mewakili perasaan kami." ucap Sekda Bogor itu.
Tag
Berita Terkait
-
Pemkab Bogor Wajibkan Putar Lagu Ibu Pertiwi di Lampu Merah hingga Stasiun, Siap Tanggung Royalti?
-
6 Fakta di Balik Kebijakan ASN Bogor Wajib Pakai Baju Bebas Selama 4 Hari
-
Situasi Memanas, Bupati Bogor Instruksikan Seluruh ASN Lepas Baju Dinas Selama 4 Hari
-
Ini Dia Bocoran 2 Dinas Baru Pemkab Bogor, Siap-Siap Ngantor Sementara di Vivo Mall
-
Di Balik Tour de Malasari: Blueprint Pemkab Bogor Sulap Desa Terpencil Jadi Mesin Uang Pariwisata
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
-
Adu Gaji Giovanni van Bronckhorst vs John Heitinga, Mana yang Pas untuk Kantong PSSI?
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
Terkini
-
Jalan Pasir Koja Bandung Mencekam! Dua Kelompok Bentrok Diduga Rebutan Lahan
-
Dapat Dukungan Pemerintah Canada, IPB University Jawab Krisis Iklim
-
Kecelakaan Ganda di Tol Cisumdawu, Polisi Ungkap Dugaan Penyebab Sebenarnya
-
Pakar IPB Bongkar Penyebab Cuaca Horor Hantam Sumatera
-
Kinerja UMKM Masih Ekspansif, BRI Paparkan Survei Indeks Bisnis 2025