Material kayu di lokasi bencana Sumatera diindikasikan berasal dari aktivitas manusia, bukan hanya kayu lapuk atau runtuhan alami, menurut pakar IPB.
Hutan sehat memiliki struktur tajuk dan vegetasi bawah yang rapat, berfungsi memecah air hujan, menyerapnya, dan menjaga kestabilan ekosistem serta tanah.
Aktivitas pembalakan liar merusak lapisan vegetasi, menghilangkan fungsi tajuk, dan memicu erosi cepat, yang menjadi konsekuensi temuan kayu besar pascabencana.
SuaraJabar.id - Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Sumatra belakangan ini menyisakan tanda tanya besar.
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan sekaligus Kepala Pusat Studi Bencana IPB University, Prof. Bambang Hero Saharjo, memberikan analisis yang menohok.
Berdasarkan pengamatannya terhadap material sisa bencana, khususnya kayu-kayu gelondongan yang hanyut, terdapat indikasi kuat adanya keterlibatan aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab.
Ia menegaskan bahwa tumpukan kayu yang menjadi senjata mematikan saat banjir tersebut memiliki karakteristik yang mencurigakan.
Kondisi tersebut tidak sepenuhnya dapat dijelaskan sebagai kayu lapuk atau dampak runtuhan alami semata. Hal ini mengingatkan pada kasus serupa di kawasan lindung Sumatra Utara beberapa tahun silam.
Untuk memahami mengapa banjir bisa begitu destruktif, Prof. Bambang mengajak kita kembali ke pelajaran dasar ekologi.
Hutan yang sehat sejatinya bekerja seperti spons dan payung raksasa yang canggih. Struktur tajuk (canopy) yang rapat dan bertingkat adalah kunci pertahanan pertama terhadap hujan deras.
“Walaupun ada air, dia tidak langsung ke permukaan. Dia jatuh di tajuk, pecah, kemudian sebagian mengalir melalui batang atau stem flow,” jelasnya, dalam pesan yang diterima SuaraJabar, Kamis 4 Desember 2025.
Keberadaan tumbuhan bawah dan serasah di lantai hutan berfungsi menyerap air, sehingga tanah tetap stabil.
Baca Juga: Lewat Tim Elang Relawan BRI, BRI Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sumatra
“Tuhan menciptakan ini tentu saja untuk kebaikan manusia dan lingkungannya,” ujarnya.
Dalam kondisi hutan perawan yang belum terjamah, pohon tumbang adalah hal lumrah namun skalanya sangat kecil dan tidak merusak.
“Pohon ini, ya, kalaupun tumbang, itu tidak banyak. Paling hanya satu, dua. Dan itu alami,” tutur dia.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal berbeda. Material kayu dalam jumlah masif yang menghantam pemukiman menjadi bukti bahwa sistem pertahanan hutan telah jebol.
Prof. Bambang menyoroti aktivitas pembalakan liar sebagai biang kerok utama. Ketika penebangan ilegal masuk ke jantung hutan, kerapatan tajuk hilang. Celah-celah terbuka lebar, membiarkan air hujan menghujam tanah tanpa penghalang.
“Pada kondisi seperti ini, ketika pembalakan liar masuk, maka celah antara tajuk semakin terbuka,” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Lewat Tim Elang Relawan BRI, BRI Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sumatra
-
Dapat Dukungan Pemerintah Canada, IPB University Jawab Krisis Iklim
-
Pakar IPB Bongkar Penyebab Cuaca Horor Hantam Sumatera
-
SEG Beri Tiket Emas Kuliah Lancar untuk 19 Mahasiswa IPB Asal Jabar
-
Ego 3 Kades di Karawang Nyaris Gagalkan Proyek Banjir Vital! Dedi Mulyadi Turun Tangan, Ini Hasilnya
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar
-
Lahir dari Kas Masjid, Kini BRI Jadi Bank Terbesar di Indonesia
-
Kasus Video Asusila Lisa Mariana Masuki Babak Penjemputan Paksa
-
DPRD Bogor Beri 'Lampu Hijau' TPAS Galuga dengan Catatan Keras
-
Miris! Lapor Bapak Selingkuh dan Nikah Siri, Anak Pejabat Disdik Bogor Malah Telan Pil Pahit