Banjir destruktif di Sumatra diindikasikan kuat oleh Prof. Bambang Hero Saharjo karena aktivitas manusia, bukan faktor alami. Kayu gelondongan pascabencana menunjukkan adanya pembalakan liar yang merusak pertahanan hutan.
Hutan sehat berfungsi sebagai 'spons dan payung' (tajuk rapat & serasah) untuk mitigasi bencana. Hilangnya fungsi tajuk akibat penebangan ilegal membuat air menghantam tanah, memicu erosi dan longsor.
Aktivitas pembalakan liar adalah biang kerok utama yang mengubah fungsi hutan. Kayu-kayu tebangan yang hanyut menjadi "rudal alami" penghancur pemukiman saat banjir, menandakan kegagalan sistem ekologi.
SuaraJabar.id - Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Sumatra belakangan ini bukan sekadar cerita tentang curah hujan yang tinggi.
Di balik duka yang mendalam, tersimpan tanda tanya besar mengenai asal-usul material yang menghancurkan rumah warga. Apakah ini murni bencana alam, atau ada campur tangan keserakahan manusia?
Menjawab keresahan publik, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan sekaligus Kepala Pusat Studi Bencana IPB University, Prof. Bambang Hero Saharjo, memberikan analisis yang sangat menohok.
Berdasarkan pengamatan ahli, bencana ini meninggalkan jejak digital alam yang tidak bisa bohong.
Berikut adalah 3 fakta paling parah dan mengerikan di balik bencana Sumatra yang diungkap oleh Prof. Bambang:
1. 'Rudal' Kayu Gelondongan yang Mencurigakan
Fakta pertama yang menjadi red flag adalah jenis material yang hanyut. Banjir bandang kali ini membawa tumpukan kayu-kayu besar atau gelondongan yang menjadi senjata mematikan bagi pemukiman di hilir. Menurut Prof. Bambang, karakteristik kayu tersebut sangat mencurigakan.
Kondisi kayu-kayu tersebut tidak sepenuhnya dapat dijelaskan sebagai kayu lapuk atau dampak runtuhan alami semata. Indikasi keterlibatan aktivitas manusia alias illegal logging sangat kuat.
“Kayu-kayu besar yang ditemukan pascabencana merupakan konsekuensi dari rusaknya lapisan-lapisan vegetasi akibat aktivitas manusia tersebut,” tegas Prof. Bambang dalam pesan yang diterima SuaraBogor, Kamis 4 Desember 2025.
Baca Juga: Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar
Kayu-kayu sisa tebangan inilah yang kemudian terseret arus dan berubah menjadi "rudal alami", menghantam apa saja yang dilewatinya dengan kekuatan destruktif yang luar biasa.
2. Rusaknya 'Payung Raksasa' Penahan Hujan
Fakta kedua berkaitan dengan hilangnya fungsi ekologis hutan. Prof. Bambang mengajak kita kembali ke pelajaran dasar: hutan sehat adalah spons dan payung raksasa. Struktur tajuk yang rapat dan bertingkat adalah kunci pertahanan pertama.
“Walaupun ada air, dia tidak langsung ke permukaan. Dia jatuh di tajuk, pecah, kemudian sebagian mengalir melalui batang atau stem flow,” jelasnya.
Namun, ketika penebangan liar terjadi, "payung" ini robek. Celah antar tajuk terbuka lebar. Akibatnya, air hujan menghujam tanah tanpa penghalang, memicu erosi instan yang tak tertahankan oleh tanah.
“Pada kondisi seperti ini, ketika pembalakan liar masuk, maka celah antara tajuk semakin terbuka,” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar
-
DPRD Bogor Beri 'Lampu Hijau' TPAS Galuga dengan Catatan Keras
-
Miris! Lapor Bapak Selingkuh dan Nikah Siri, Anak Pejabat Disdik Bogor Malah Telan Pil Pahit
-
Dapat Dukungan Pemerintah Canada, IPB University Jawab Krisis Iklim
-
Pakar IPB Bongkar Penyebab Cuaca Horor Hantam Sumatera
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar
-
Lahir dari Kas Masjid, Kini BRI Jadi Bank Terbesar di Indonesia
-
Kasus Video Asusila Lisa Mariana Masuki Babak Penjemputan Paksa
-
DPRD Bogor Beri 'Lampu Hijau' TPAS Galuga dengan Catatan Keras
-
Miris! Lapor Bapak Selingkuh dan Nikah Siri, Anak Pejabat Disdik Bogor Malah Telan Pil Pahit