Naikkan Kelas UMKM Tak Cukup Hanya Bantuan Modal

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi nasional perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Iwan Supriyatna
Jum'at, 07 Agustus 2020 | 16:12 WIB
Naikkan Kelas UMKM Tak Cukup Hanya Bantuan Modal
Ilustrasi modal. (Shutterstock)

SJV mengalokasikan dana sebesar Rp 500 juta untuk kerjasama dengan merk KIZZ Crunchy yang nantinya bisa dialihkan menjadi equity participation. Dengan skema kerjasama tersebut, pada tahun pertama produksi ditargetkan meningkat lima kali lipat, dari 2.000 packs menjadi 10.000 packs per bulan.

Jika selama ini pasar hanya di Bandung dan sekitarnya, kerjasama ini memungkinkan produk menjangkau pasar lokal dan bahkan internasional. Harapan Dede, upaya serupa bisa diimplementasikan kepada UMKM lainnya dan memberikan hasil sesuai harapan.

Sementara itu, selaku pendamping inkubasi bisnis, Direktur Utama KAYA.ID Nita Kartikasari menyatakan, salah satu kesulitan UMKM naik kelas karena kekurangan sumber daya pemasaran yang berpengalaman dan juga konsultan bisnis yang bisa membantu mengeksekusi strategi pemasaran.

Nita berharap UMKM Indonesia harus bisa tumbuh menjadi merek yang besar di Indonesia dan bahkan di pasar internasional. UMKM butuh partner untuk membangun brand dan melakukan pemasaran, yang merupakan core bisnis kami.

Baca Juga:Restrukturisasi Kredit Melandai, BRI Mulai Fokus ke Pelaku UMKM

“Kami juga sangat senang bisa bermitra dengan SJV agar UMKM Indonesia bisa berkembang menjadi brand besar dan bersaing secara global. Misi kami untuk membuat minimal satu UMKM Indonesia menjadi perusahaan publik dalam 3-5 tahun dari sekarang, dan mempunyai daya saing di pasar dunia,” ujar Nita.

Hadir pada acara virtual penandatangan program pendampingan ini adalah Komisaris Utama PT Sarana Jabar Ventura Yani Panigoro, Komisaris SJV M. Sidik Heruwibowo, dan Komisaris KAYA.ID Richard Sam Bera.

Presiden RI Joko Widodo saat ini sangat memperhatikan perkembangan UMKM Indonesia dan sangat berharap para usaha mikro, kecil dan menengah ini dapat bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini, bahkan bisa menjadi sektor yang berkembang.

Sektor UMKM merupakan salah satu penopang utama ekonomi Indonesia. Merujuk hasil sebuah riset yang dilakukan peneliti Bank Dunia pada 2005, perkembangan ekonomi sebuah negara memang berkaitan erat dengan kontribusi UMKM.

Merujuk data Kementerian Koperasi dan UMKM, jumlah UMKM di Indonesia pada 2017 tercatat mencapai 62,928 juta unit dan menyerap 120,260 juta tenaga kerja. Secara agregat kontribusi UMKM Indonesia terkait penyerapan tenaga kerja adalah tertinggi dibandingkan negara ASEAN lain, namun kinerja dalam hal produktivitas masih kalah.

Baca Juga:Sandiaga Uno Sebut Pasar Modal dan UMKM Bisa Selamatkan RI dari Resesi

Merujuk laporan Asia SME Finance Monitor 2014 yang dirilis Asian Development Bank, pada 2012 produktivitas UMKM Indonesia hanya 1.355 dolar AS dibandingkan Malaysia 20.609 dolar AS dan Thailand 12.263 dolar AS. Secara pertumbuhan produktivitas, UMKM Indonesia tumbuh 4,9 persen dibandingkan Thailand 6,1 persen dan Malaysia 9,5 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini