Tujuh bulan berselang sampai saat ini, tidak ada pelanggan.
“Padahal kemarin lumayan uangnya bisa dipakai biaya keseharian,” ungkapnya.
Sementara itu, jauh di pinggiran Timur Bandung, hal serupa dialami oleh transpuan lainnya, Joya (35). Pandemi juga berimbas pada usaha salon dan rias pengantinnya. Ia berusaha keluar dari zona nyaman. Terpaksa harus membuka usaha lain untuk bisa bertahan hidup dan menggaji dua karyawannya.
Siang itu, SuaraJabar.id berkesempatan mengikuti aktivitas
Baca Juga:Heboh Warga Antre di Pengadilan Agama Soreang Mau Ajukan Cerai
untuk berbelanja di Pasar Gedebage, yang berada di pinggiran Kota Bandung. Matahari cukup terik, asap knalpot kendaraan berpadu dengan debu jalanan, membuat gerah.
Tentu saja hal itu tak sedikitpun mengurungkan semangatnya berbelanja.
Kalau hanya debu jalanan, dan bisingnya kendaraan hingga sengatan bau dari tumpukan sampah jalan tentu saja bukan apa-apa baginya. Transpuan karib dengan kerasnya kehidupan. Mulai dari kekerasan fisik hingga psikis, papar Joya, layaknya makanan sehari-hari transpuan.
Sudah terhitung 3 pekan, ia mencoba berjualan minuman kekinian, Boba dan Thai Tea. Dia berjualan dengan modal Rp 7 juta untuk membeli bahan minuman, membuat spanduk dan membeli gerobak.
Meski penjualan tidak seberapa, tapi Joya bersyukur masih bisa bertahan dengan hasil penjualan itu.
“Sekarang benar-benar sulit, kerjaan tidak ada, yang nyalon juga tidak ada, pada takut karena korona,” ungkapnya ketika dikunjungi di kontrakannya di pinggiran Bandung Timur (27/7/2020).
Baca Juga:Viral Antrean Panjang Orang Daftar Cerai di Pengadilan Agama Bandung
Sebelumnya, ia sempat menjual jus buah-buahan, namun hal itu tidak berhasil, di tengah pandemi dagangan selalu sepi, buah-buahannya selalu busuk. Akhirnya, setelah mendapat saran dari seorang teman untuk mengganti ke minuman lainnya.