Bahkan, kecaman dan kekerasan sering dirasakan dari kelompok organisasi masyarakat (ormas) Islam. Luvhi menjelaskan salah satu petugas lapangan Srikandi Pasundan pernah dilempar, dipukul dan ditelanjangi oleh salah satu ormas Islam ketika melalukan survei ke lapangan untuk salah satu program dari organisasinya.
Saat ini, kegiatan-kegiatan yang bentuknya mengekspresikan diri untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas para transpuan semakin sulit untuk diekspos ke publik. Olehnya kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut dilakukan secara diam-diam untuk menghindari sentimen dan penolakan dari masyarakat, yang justru merugikan para transpuan.
“Dulu tidak terlalu ekstrim seperti sekarang. Masih bisa melakukan aktivitas, misalkan ada perlombaan bola voli, terus ada pemilihan duta HIV. Kalau sekarang tidak bisa sama sekali, justru makin sulit (untuk berekspresi),” katanya.
Diskriminasi pada sektor formal juga dirasakan oleh Luvhi dan komunitasnya. Ia bahkan kesulitan mengakses pekerjaan formal yang menjadi cita-citanya dahulu, yaitu bekerja di sektor perbankan. Karena penampilannya ia ditolak dan sempat mendapat perundungan.
Menurut Luvhi Indonesia belum bisa menerima teman-teman transpuan yang menampilkan ekspresi gender sebebas-bebasnya. Karena hal itu akan memicu pemberitaan-pemberitaan negatif, berbeda saat mereka melakukan hal yang positif.
“Itu muncul beritanya paling kencang. Tapi di saat kita melakukan yang positif ya dianggap biasa,” protesnya.
Di awal Srikandi Pasundan, Luvhi mengisahkan, hal paling mendesak yakni kebutuhan para transpuan di Kota Bandung yang tidak terpenuhi, karena kuatnya stigma negatif serta diskriminasi. Bentuk paling sederhana dari diskriminasi, sambung Luvhi, ketika transpuan mengakses layanan kesehatan, misalnya, seringkali transpuan dipanggil dengan sebutan laki-laki.
Ini yang membuat kalangan transpuan sangat enggan mengurus administrasi dan mengakses hak-haknya karena perlakuan yang melecehkan dari para petugas. Pihaknya ingin masyarakat dan pemerintah menghargai keberadaan mereka. Seperti memanggil mereka dengan penyebutan yang benar. Mungkin bagi kebanyakan orang sepele, tapi menurut Luvhi ini adalah yang sangat berarti.
“Masa sudah dandan cantik-cantik masih dipanggilnya Asep atau Ujang. Nah, ini salah satu yang harus kita advokasi,” ungkapnya.
Diskriminasi juga masih terus dirasakan Joya. Meski di lingkungan baru cukup menerimanya, namun sentimen dari masyarakat lain masih dirasakannya. Ketika belanja di pasar, misalnya, perlakuan sinis masih diterima. Joya kecewa kepada masyarakat yang masih tidak menghargai dirinya.
Pemprov DKI Jakarta telah menyediakan lima kantong parkir, di samping Sarana Square, SMPN 73 Jakarta, Pom Bensin MT Haryono, Gedung Graha Pratama, serta Gedung Wisma Pede.
BMKG memperingatkan potensi hujan lebat di sejumlah wilayah Indonesia termasuk beberapa provinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan pada Selasa (16/8/2022)
Mobil pemadaman kebakaran (PMK) Pemkot Surabaya terguling di Jalan Panglima Sudirman, Senin (15/8/2022). Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa kecelakaan tersebut.
Truk tertimpa peti kemas atau container di Depo PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI), Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/8/2022) hingga remuk menewaskan sopir.
Kegiatan baiat bukan hanya seremoni atau ucapan lisan saja namun dilaksanakan dengan ikhlas penuh kesadaran dan sepenuh hati tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Nah, Kode Redeem Free Fire untuk 16 Agustus 2022 sudah bisa diklaim. Karena mempunyai batas waktu atau limit, kode tersebut pun harus buru-buru diklaim.
Seorang pejalan kaki bernama Yahya Ma'arif Safatul asal Malang tewas usai ditabrak mobil di Jalan Cargo , Denpasar, Sabtu, 13 Agustus 2022. Sedangkan sang pengemudi mobil langsung kabur usai menabrak korban.
Kelima orang tersangka yang terlibat kasus dugaan korupsi yakni Tri Wahyu Widadi, Suparman, Mustofa Sasang, Arif Agus Setiawan dan Muhammad Irsyadul Fauzi.
Pelaku juga mencabuli korban saat berada di Pontianak pada tahun 2021. Dimana hal tersebut dilakukannya kembali di rumah yang beralamat jalan Tritura, Pontianak Timur.
Di umurnya yang tergolong muda, Adit sudah terkena Diabetes tipe A. Disisi lain, ibu Sumiati kakinya harus diamputasi karena terkena diabetes juga. Sedih banget rasanya