“Jualan Thai Tea ini baru 3 minggu, kemarin sempat jual jus buah tapi sepi dan banyak yang busuk buahnya, sayang,” tutur Joya.
Sudah jatuh ketimpa tangga
Hidup susah di masa pandemi virus corona tak melulu soal tak punya duit atau susah makan. Transpuan juga tetap menghadapi diskriminasi.
Awal Mei 2020 lalu, masyarakat dibuat geram akibat aksi tidak manusiawi yang dilakoni Youtuber Ferdian Paleka bersama temannya. Ferdian Paleka melakukan prank sembako sampah.
Baca Juga:Heboh Warga Antre di Pengadilan Agama Soreang Mau Ajukan Cerai
Dia mengerjai transpuan dengan memberi sembako sampah kepada empat transpuan di Kota Bandung. Kasus tersebut sempat diproses oleh pihak Kepolisian. Tapi Ferdian Paleka dibebaskan karena transpuan korban sembako sampah itu mencabut laporannya ke Kepolisian Bandung.
Aksi tidak terpuji itu menggores hati para transpuan dan masyarakat yang peduli. Apalagi aksi itu dilakukan ditengah pandemi virus corona, ketika para transpuan sedang bertahan hidup.
“Kasus kemarin benar-benar melukai kami. Benar-benar kami sedang kesulitan, tapi ternyata malah diperlakukan seperti itu,” ungkap Luvhi Pamungkas, Ketua Srikandi Pasunda Jawa Barat, ketika ditemui di kediamannya yang berlokasi di Sarijadi, Kota Bandung (28/7).
Saat kasus bergulir hingga hari ini, sambung Luvhi, pemerintah provinsi maupun kota belum memberikan bantuan apapun, baik untuk menyambung hidup maupun perlindungan terhadap transpuan.
“Ucapan kecaman hanya disampaikan di media saja. Setelah itu tidak ada tindakan sama sekali untuk membantu, dari Pak Gubernur ataupun Pak Wali Kota. Tidak ada sama sekali,” ungkap Luvhi.
Baca Juga:Viral Antrean Panjang Orang Daftar Cerai di Pengadilan Agama Bandung
Beberapa waktu seusai kejadian prank, Luvhi bermaksud mengajukan bantuan kepada Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Barat. Niat tersebut disampaikan dengan alasan ketika melintas di depan dinas dia menyaksikan tengah ada pembagian sembako kepada masyarakat.