SuaraJabar.id - Waktu menunjukan jam 11 malam. Tapi suasana di rumah indekos dua lantai yang berada di sayap Jalan Jendral Gatot Subroto, Kota Bandung itu justru semakin ramai.
Di sebuah kamar yang terletak di sudut kanan lantai dua, alunan lagu Make it Right yang dinyanyikan band asal Korea, BTS melantun dari sebuah pengeras suara kecil berwarna merah dengan tulisan JBL di tengahnya.
Kualitas suara yang dihasilkan speaker kecil itu tak begitu baik. Beruntung, ada tiga perempuan bersuara merdu yang ikut bernyanyi sambil asyik bersilat jempol di layar gadget mereka.
Salah satu perempuan itu adalah Indah, tentu bukan nama sebenarnya. Perempuan berkulit putih dan rambut pirang ini berasal dari sebuah desa di kaki Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya. Tiga tahun lalu saat baru lulus SMA, ia memilih untuk bekerja dan tinggal di Kota Bandung.
Baca Juga:Angka Kesembuhan Tinggi Keluarkan Kota Bandung dari Zona Merah
Perempuan yang baru berusia 21 tahun ini tinggal bersama dua orang temannya di kamar indekos berukuran 3x2,5 meter. Ketiganya sama-sama berprofesi sebagai artis dangdut organ tunggal dan pemandu lagu di tempat karaoke.
Sejak pandemi covid-19 pada April lalu, Indah mengaku tak lagi punya penghasilan. Beberapa tempat karaoke yang biasa ia gunakan untuk menjajakan layanan memandu lagu dan menemani pelanggan ditutup pemerintah.
![Seorang pekerja yang tergabung dalam Aliansi Karyawan Hiburan dan Pengusaha Hiburan berunjuk rasa di Balai Kota, Bandung, Jawa Barat, Senin (3/8/2020). [ANTARA FOTO/M Agung Rajasa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/03/50479-pekerja-hiburan-malam-demo.jpg)
Orkes organ tunggalnya juga tak dapat job sejak April hingga saat ini. Pasalnya, pesta pernikahan atau sunatan yang biasa menjadi ladang penghasilan mereka sempat dilarang pemerintah.
Lalu, bagaimana ia dan teman-teman seprofesinya bertahan hidup?
"Jual iPhone 11, ganti ke Oppo. Sisanya dipakai buat bayar kos sama keperluan sehari-hari," ujar Indah akhir pekan lalu.
Baca Juga:Kota Bandung Keluar dari Zona Merah Penyebaran Covid-19
Indah mengaku masih mengingat karaoke tempatnya bekerja berhenti beroperasi pada 21 Maret 2020 lalu. Ia juga masih mengingat sisa penjualan iPhone-nya hanya mampu membuatnya bertahan hidup hingga pertengahan April 2020.
"Nah April ke Mei ke Juni itu yang paling berat. Udah pusing mau ngapain lagi, mau pulang kampung papah sama mamah udah cerai, jadi bingung mau ke mana," ujarnya.
Di medio itulah Indah mengaku mengalami periode tersulit selama hidupnya. Memasuki bulan Mei, ia meninggalkan kos lamanya di daerah Dago karena sudah tidak sanggup membayar uang sewa Rp 1,5 juta per bulan.
Ia kemudian pindah ke rumah indekos yang tarif sewanya lebih murah, Rp700 ribu per bulan. Fasilitasnya tentu berbeda jauh dengan kamar kosnya di Dago dulu. Kini, Indah mesti berbagi kamar mandi dengan penghuni lainnya.
Selama masa itu, Indah mengaku penghasilannya pun tak sampai Rp 1,5 juta per bulan. Uang itu ia dapatkan dari fee menawarkan jasa layanan kencan semalam teman-temannya.
"Banyak lah yang akhirnya istilahnya itu 'jual diri'. Mau gimana lagi, kalau anak-anak PL atau LC kan banyak yang udah punya anak, nggak punya suami, kebutuhannya juga pasti lebih besar," ujar Indah.
- 1
- 2