Ada 25 Ribu Pekerja Seks di Jawa Barat, Kebanyakan Work from Home

Mereka lebih banyak menggunakan aplikasi percakapan daring, aplikasi kencan atau media sosial.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:19 WIB
Ada 25 Ribu Pekerja Seks di Jawa Barat, Kebanyakan Work from Home
Prostitusi online. (dok polisi)

SuaraJabar.id - Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Barat mencatat jumlah pekerja seks di daerahnya mencapai 25 ribu orang. Para pelaku Open BO itu tersebar di 27 kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat.

Selama masa pandemi Covid-19, para pekerja seks ini banyak yang mengikuti tren work from home atau WFH. Khususnya mereka yang beroperasi di wilayah Bandung Raya.

Biasanya, para pekerja seks menjajakan jasanya di beberapa tempat. Lokalisasi legendaris Saritem atau seputaran Stasiun kereta Api Kota Bandung menjadi salah satu tempat favorit mereka.

Namun kini, Koordinator Perencanaan KPAP Jawa Barat, Sanding Bayu mengatakan, pekerja seks tidak lagi menjajakan diri secara langsung. Mereka lebih banyak menggunakan aplikasi percakapan daring, aplikasi kencan atau media sosial.

Baca Juga:Patuhi Protokol Kesehatan! Tempat Wisata di 8 Daerah Ini Diawasi Ketat

Atas perubahan tren ini, ia mengaku kesulitan memberikan informasi edukasi terkait masalah penyakit HIV/AIDS kepada pekerja seks semasa pandemi Covid-19.

"Semenjak pandemi jadi beralih, dalam arti mereka (menjajakan diri) lebih ke online lebih masuk ke aplikasi-aplikasi tapi memang masih tersebar di wilayah perkotaan, wilayahnya itu-itu lagi," ungkap Bayu kepada Suarajabar.id, Selasa (27/10/2020).

KPAP sendiri sebetulnya sudah menyiapkan skema edukasi secara daring menggunakan aplikasi virtual outreach. Melalui aplikasi itu, KPAP mendorong agar pekerja seks mau berkonsultasi dengan petugas KPAP terkait masalah kesehatannya.

Namun, Bayu mengatakan melalui aplikasi itu tetap lebih susah menggaet partisipasi pekerja seks dibanding langsung melakukan ajakan langsung.

"Lebih susah memberikan informasinya apalagi untuk tes HIV-nya lebih susah lagi karena walaupun temen-temen menggunakan virtual outreach aplikasi juga, itu lebih susah ngajak melalui media online daripada ketemu langsung," ujarnya.

Baca Juga:Jelang Libur Panjang, Belasan Ribu Kendaraan Masuki Bandung via GT Pasteur

Sebetulnya, aplikasi virtual outreach hanya sebagai tahapan awalan saja agar pekerja seks mau mengakses aplikasi itu untuk lebih peduli lagi dengan kesehatannya. Selanjutnya, kata dia, petugas KPAP tetap melakukan pertemuan langsung dengan para pekerja seks untuk melakukan edukasi hingga melakukan tes HIV.

"Memang temen-temen menggunakan aplikasi itu untuk janjian di kos-kosan atau di tempat ketemuan lainnya. Nah untuk informasinya sendiri disampaikan melalui list yang emang udah digital tapi kan dibaca atau nggaknya kan susah memastikan bahwa informasi diakses temen-temen pekerja seks," katanya.

Kontributor : Aminuddin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini