"5 bulan pertama stress, semua orderan di cancel dan dipending," ucapnya.
Mulai September 2020, usahanya berangsur membaik setelah Adang mengganti strategi usahanya. Ia mulai memproduksi kerajinan lain selain alat musik seperti tumbler hingga maket rumah.
"Mulai September kan banyak acara acara online, mereka butuh merchandise. Akhirnya kita tawarkan tumbler, alat makan. Mulai banyak permintaan dari dinas, BUMN," ujarnya.
Omzet yang didapat pun fantastis. Dimana dalam sebulan Adang bisa meraup Rp 100 juta. Untuk sementara ini ia mengejar produk dengan harga minimalis, yang bisa dijangkau dengan harga miring.
Baca Juga:Dampak Pandemi, Pengrajin Anyaman Bambu: 10 Hari Hanya Bisa Buat 5 Biji
Sejauh ini kerajinan teranyarnya itu sudah menembus berbagai daerah di Indonesia. Seperti Jakarta, Jawa, Bali, Lampung, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah hingga Kalimantan Barat.
"Paling laku memang tumbler buat souvenir. Maket rumah kurang. Tumbler dijual Rp 120-180 ribu. Kita ngejar pasar lokal," pungkasnya. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]