SuaraJabar.id - Ketua BP Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) daerah Jawa Barat Dedi Kurniawan mempertanyakan manajerial sampah di Pasar Induk Gedebage. Dedi menilai, Pemerintah Kota bandung tak memiliki kebijakan yang tepat dalam mengelola sampah di Gedebage yang didominasi sampah organik itu.
Menurut Dedi, sampah di Pasar Induk gedebage dikelola oleh PD Kebersihan Kota Bandung. Mereka menarik sejumlah retribusi pada pedagang untuk pengelolaan sampah.
Saat ini sendiri, sampah di Pasar Induk Gedebage dikumpulkan di tempat pembuangan sampah sementara, kemudian diangkut ke tempat penbuangan akhir (TPA).
Padahal kata Dedi, sampah organik seharusnya dapat dikelola secara komunal. Semisal dibuat pupuk organik dan tidak dibuang ke TPA.
Baca Juga:Sejumlah Pemudik Masih Coba Pulang Kampung ke Kota Bandung
"Kelola secara komunal semisal dikelola menjadi pakan magot,atau dikelola sederhana menjadi pupuk langsung dengan lahan yang disiapkan sekitar kawasan pasar yang dimiliki Pemkot Bandung," kata Dedi kepada Suara.com, Senin (17/5/2021).
Pria yang juga menjabat sebagai Dewan daerah Walhi Jabar ini mendesak pemerintah untuk membuat blue print pengelolaan sampah yang jelas.
Ia menambahkan, dengan mengembangkan blue print pengelolaan sampah yang melibatkan publik atau dalam konteks Pasar Gedebage adalah pedagang, ia mengatakan tak akan ada lagi sampah yang menumpuk karena tidak dapat terangkut ke TPA.
"Kalau dikelola kan pedagang juga tidak usah bayar retribusi," katanya.
Di lain pihak, Kasi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Panyileukan, Leonard, membenarkan ada tumpukan sampah yang menumpuk di Pasar Gedebage menjelang dan sesudah Idul Fitri. PD Kebersihan pun sampai menurunkan 12 truk untuk mengangkut keseluruhan sampah.
Baca Juga:Mirip Angkot Kota Bandung, Ini Penampakan Mobil Sule Rp 7 Miliar
Pembersihan berlangsung pada hari Senin, 17 Mei 2021. Dalam proses pembersihan yang turut melibatkan jajaran Kecamatan Panyileukan, PD Pasar Gedebage, PD Kebersihan, dan Linmas itu, 2 armada truk berkapasitas 18 ton dan 10 armada truk berkapasitas 10 ton digunakan untuk mengangkuti sampah pasar.
"Sudah ditindaklanjuti oleh PD Kebersihan yang menurunkan 12 armadanya, 2 truk besar dengan kapasitas sekitar 18 ton, dan sepuluh truk dengan kapasitas 10 ton. Jadi, proses pengangkatan sampah di lorong, di mana terjadi penumpukan berdasarkan informasi yang tadi diterima oleh Linmas, itu sudah kita tindak lanjuti," ujar Leonard dilansir Ayobandung.com-jejaring Suara.com, Senin (17/5/2021).
Menurut Leonard, penumpukan terjadi karena pada momen libur Idulfitri, ada jeda waktu ketika sampah tidak diangkut sementara jumlah pengunjung meningkat drastis. Padahal, satu hari saja tidak diangkut, akan terjadi pembesaran volume sampah di sekitar pasar.
"Satu hari saja tidak terangkut, sampaj pasti sudah menumpuk, apalagi kemarin pengunjung padat menjelang Lebaran dengan traffic di Gedebage yang sangat tinggi. Ada juga sampah yang terbawa dari jalur sungai dan menumpuk di sini. Jadi ada beberapa di drainase-nya yang agak mampat," lanjut Leonard.
Selain adanya momen Idulfitri, pengangkutan pun sempat tidak dilakukan karena sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sudah overkapasitas. Akibatnya, tidak ada tempat untuk mengalokasikan sampah sehingga pengangkutan pun terpaksa harus ditunda.
"Ada laporan bahwa kapasitas di TPA-nya dilimitasi karena di sana juga sudah overload. Yang harusnya lima rit dalam sehari, itu malah berkurang jatahnya menjadi tiga rit. Jadi mungkin itu yang jadi kendala untuk proses pengangkutan," kata Leonard.
Penumpukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Gedebage pun memerlukan penanganan dari personel dan armada yang tidak sedikit karena ada tiga kecamatan yang menyumbangkan sampah ke TPS Gedebage, yaitu Kecamatan Panyileukan dan Cinambo. Dengan kata lain, sampah yang menumpuk di TPS Gedebage bukan berasal dari pasar saja.
"Jadi kondisinya overload juga karena di TPS ini menampung tiga kecamatan," tutur Leonard.
Menurut laporan yang diterima oleh pihak kecamatan, dalam seharinya TPS Pasar Gedebage memuat sampah sekitar 8 ton. Akses ke pasar yang cukup tinggi menjadi salah satu alasan yang menyebabkan besarnya volume sampah di lokasi.
"Kalau melihat kondisi di lapangan, angkanya bisa mencapai 8 ton karena nggak cuma dari pasarnya saja karena sampah dari masyarakat sekitar juga masuk ke sana.
Jadi yang kita bingungkan karena Gedebage ini kan aksesnya tinggi. Angkutan umum, dan masyarakat juga bisa masuk ke sana," pungkas Leonard