"Kan waktu itu ada 3 hammock, sebanyak 2 hammock diposting di sosmed, langsung ada yang beli, bahkan masih ada yang nanyain dan akhirnya yang satunya lagi dijual juga padahal niatnya buat dipake," ungkapnya.
Pada 2017, Ekki meminta keseriusan dari 3 rekan lainnya terkait usaha produk outdoor itu. Namun ternyata ketiga rekannya memutuskan untuk berhenti berkerjasama lantaran sibuk dengan kegiatan masing-masing dan meminta uang modal dikembalikan.
"Kan waktu itu saya yang menjalankan, akhirnya teman-teman yang lain meminta untuk dikembalikan uang yang patungan dulu, ya saya kembalikan dan usaha ini sepenuhnya jadi milik saya," tukasnya.
Usaha Ekki semakin berkembang dan terkini ia memiliki karyawan sebanyak 75 orang dengan rincian ada 15 orang di bagian manajemen dan sisanya di bagian produksi.
Baca Juga:Warga Panik, Gunung Setan Terbakar Siang Bolong
"Ya sekarang saya ngeluarin modal buat iklan di market place aja rata-rata per bulan ngabisin anggaran sekitar Rp 30 juta, jadi emang lumayan," ucapnya.
Ekki membagikan tips sederhana bagi pelaku UMKM yang ingin mulai merambah pasar daring. Menurutnya, di antara kunci berjualan secara daring yakni bisa memaksimalkan foto produk dan mau investasi waktu dalam menggeluti bisnis daring.
"Investasi waktu itu sangat penting, ibaratnya saya juga bilangya sih investasi waktu karena kalau dibilang investasi dari segi modal uang, saya memulai bisnis dengan modal kecil," katanya.
"Tetap semangat, mau ngulik dan anggap kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda. Standar sih kiat-kiatnya mah," tambahnya.
Namun, pemenang Wirausaha Muda terbaik Jawa Barat 2018, itu, mengaku kepedulian pemerintah untuk mengembangkan sektor UMKM memang belum terlalu maksimal.
Baca Juga:Guntur Triaji Antusias Lakoni Uji Coba Tira Persikabo Kontra Persib
Kebanyakan, kata dia, sokongan dari pemerintah setempat sangat minim, sehingga pelaku UMKM seolah berjalan sendiri untuk memajukan usahanya.
Sehingga, ucap dia, tak jarang bagi pelaku UMKM pemula yang harus gagal dan gulung tikar karena kurangnya perhatian pemerintah setempat.
Kepala Seksi Fasilitasi Usaha Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Kabupaten Bandung, M. Sulhan Farid mengatakan anggapan kurangnya perhatian dari pemerintah, lantaran pada 2020, memang anggaran untuk memajukan UMKM cukup banyak disunat dan dialihkan guna menangani Covid-19.
"Iya mungkin karena terbentur adanya Covid-19, jadi anggaran 2020 kena refocusing, ada beberapa kegiatan kena refocusing, jadi mungkin ada beberapa pelaku usaha sedikit yang kita fasilitasi jadi tidak," kata Farid.
Kontributor : Aminuddin