Sampai Dilirik Rhoma Irama, Cimahi Pernah Jadi Kota Juragan Kuda

"Sampai sekarang masih ada yang pesen aksesoris kuda. Dari luar kota juga ada. Seperti Pekanbaru, Aceh," ujar seorang penjual aksesoris kuda yang masih bertahan.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 22 Juni 2021 | 16:35 WIB
Sampai Dilirik Rhoma Irama, Cimahi Pernah Jadi Kota Juragan Kuda
Seorang pedagang di Pasar Kuda Cimahi menunjukan aksesoris dan peralatan kuda di toko miliknya. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Kota Cimahi pernah dikenal sebagai sentra pada medio 1950-an. Ketenaran Cimahi sebagai sentra kuda setidaknya masih berlangsung hingga tahun 1984 di mana kala itu Raja Dangdut Rhoma Irama meminjam kuda dari seorang juragan di Cimahi untuk syuting film legendaris Satria Bergitar.

Ada beberapa sentra perdagangan kuda di Cimahi. Seperti di Pasar Luhur yang kini disebut Pasar Atas Baru dan Perempatan Cihanjuang hingga kawasan Sangkuriang.

"Dari tahun 1950-an sudah ada karena beberapa tempat di Cimahi terkenal dengan kudanya. Ada di Pasar Luhur. Sentra paling besar ada di Cihanjuang," ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok saat dihubungi Suara.com baru-baru ini.

Banyak juragan kuda yang ada di Cimahi kalau itu, sehingga banyak warga dari luar daerah yang datang untuk melihat dan melakukan transaksi jual beli maupun tukar kuda.

Baca Juga:Mayangsari Pose Bareng Kuda, Dipuji Mirip Telenovela

Namun seiring berjalannya waktu, sentra kuda di Kota Cimahi mulai menghilang. Salah satu yang masih tersisa dan mengingatkan bahwa Cimahi pernah jadi sentra kuda adalah Pasar Citeureup, yang dulunya juga tempat transaksi jual beli kuda.

"Bukan cuma orang Cimahi yang transaksi, banyak yang datang nyari kuda karena kan jarang ada pasar kuda," ujar Machmud.

Pasar Citeureup, Kota Cimahi kini jadi sentra suku cadang atau sparepart kendaraan bermotor.

Dulunya, Pasar Citeureup adalah salah satu kawasan yang banyak dipenuhi oleh kandang kuda. Banyak masyarakat datang untuk melakukan transaksi atau tukar-menukar kuda.

Kuda yang dijajakkan di sini pada saat itu kebanyakan didatangkan dari daerah Sumbawa, Jawa, dan, Sulawesi. Namun ada juga beberapa kuda yang didatangkan langsung dari Australia.

Baca Juga:Puluhan Nakes Terpapar, Belasan Pasien COVID-19 Antre di IGD RSUD Cibabat

Kini meski masih dikenal dengan Pasar Kuda, Pasar Citeureup sudah menjadi sentra onderdil sepeda motor. Namun, masih ada satu kios yang bertahan menjajakan aksesoris kuda.

Kios tersebut milik Marasati Harahap (52), seorang pria asal Medan, Sumatera Utara. Ia meneruskan usaha mertuanya sejak tahun 2003 dengan menjajakan berbagai aksesoris kuda berbahan kulit sapi muda.

Seperti pelana kuda, sarungan kepala kuda, tali tuntunan, dan tali webbing. Selain itu ada juga lampu andong atau delman yang dibuat manual dari alumunium.

"Sampai sekarang masih ada yang pesen aksesoris kuda. Dari luar kota juga ada. Seperti Pekanbaru, Aceh," ujarnya

Semasa benar-benar menjadi Pasar Kuda, kata dia, dulunya transaksi jual beli hanya dilakukan hari Senin sana. Pecinta kuda dari Tasik, Garut dan berbagai daerah lainnya selalu memenuhi arema Pasar di hari tersebut.

Kini Pasar Kuda sudah tidak ada dan tinggal kenangan. Namun sejarahnya tak bisa dihilangkan dari benak masyarakat luas Jawa Barat. Terbukti, di Pasar Kuda yang sekarang menjadi Pasar Citeureup masih saja disebut dan dikenal publik sebagai Pasar Kuda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini