Dengan dikenalnya Cibaduyut sebagai sentra pembuatan sepatu terbesar di Bandung, pemerintah Indonesia turun kaki untuk melakukan pengkajian juga bimbingan guna mengembangkan industri sepatu di sana. Hasilnya, pemerintah Indonesia membangun Unit Pelayanan Teknis atau lebih dikenal dengan UPT.
Semenjak UPT dibentuk, kerja sama antar intansi pemerintah dan lembaga swasta menjadi lebih efektik untuk melakukan pembinaan jangka panjang bagi pengrajin sepatu Cibaduyut.
Pemerintah juga memberikan bantuan fasilitas yang dibutuhkan pengrajin seperti tempat, peralatan, dan lain-lain. Pelatihan pun digelar untuk mempertahankan dan mengembangkan keterampilan pengrajin dan mempertahnkan kejayaan industri sepatu di Cibaduyut.
Pada tahun 1989 pemerintah Indonesia pun meresmikan kawasan Cibaduyut sebagai tujuan wisata. Tidak hanya sepatu, setelah diresmikannya Cibaduyut menjadi kawasan wisata, banyak pula yang berjualan tas, jaket, dan aksesoris yang terbuat dari kulit asli.
Baca Juga:Dukung BEM UI Kritik Jokowi, Din Syamsuddin:Upaya Pembungkaman Tak Bisa Dimatikan!
Kejayaan Cibaduyut sebagai sentra industri sepatu mampu bertahan selama lebih dari setengah abad. Selama perjalanan tersebut, kawasan Cibaduyut pernah redup, tepatnya setelah terjadi krisis moneter tahun 1998. dan memasuki tahun 2000 ketika cukup banyak sepatu impor yang masuk ke dalam negeri.
Namun, pamor Cibaduyut sebagai sentra industri sepatu perlahan-lahan mulai bangkit Kembali berkat kekompakan pengrajin sepatu di sana teguh mempertahankan warisan leluhur mereka.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga pernah turut mempopulerkan kembali sepatu dari Cibaduyut pada tahun 2014, dengan menggunakan salah satu produknya dan dipamerkan ke publik. Pada saat itu, eksistensi Cibaduyut meningkat lagi bagi masyarakat Indonesia.