Terlilit Utang akibat Suka Judi dan Main Perempuan, Munada Nekat Bakar Pasar

Menurut versi Sajarah Timbanganten, Munada membakar Pasar Ciguriang karena bersekongkol dengan Jaksa Kepala, Raden Demang Mangunagara, untuk membunuh Nagel.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 05 Agustus 2021 | 14:48 WIB
Terlilit Utang akibat Suka Judi dan Main Perempuan, Munada Nekat Bakar Pasar
Pasar Baru Trade Center Kota Bandung. (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

SuaraJabar.id - Pasar Baru Kota Bandung dikenal sebagai surganya pecinta wisata belanja. Bukan hanya bagi warga Bandung dan Jawa Barat, Pasar Baru juga kerap dikunjungi oleh wisatawan dari negara tetangga seperti malaysia dan Singapura.

Tak heran, Pasar Baru Trade Center memiliki sejarah yang cukup panjang. Tempat ini sudah dikenal sebagai pusat perniagaan semenjak zaman kolonial Belanda.

Tak sedikit orang yang memiliki kisah sukses menjadi saudagar dengan memulai usaha di Pasar Baru. Tak sedikit juga orang yang memiliki kenangan manis ketika berwisata di tempat ini.

Namun di balik dikenalnya Pasar Baru sebagai pusat perbelanjaan yang masih eksis hingga saat ini, tempat yang berada di pusat Kota Bandung itu ternyata memiliki sejarah yang cukup kelam.

Baca Juga:Kolektor Barang Antik Beberkan Harga Koin Peninggalan Belanda yang Ditemukan di Bandung

Dikisahkan, ketika masa kolonial Belanda masih menduduki Indonesia, Pasar Baru dinamakan Pasar Baroeweg dan berpusat di daerah Ciguriang (sekitar Jalan Kepatihan).

Pasar Baru mulai didirikan setelah adanya kerusuhan dan kebakaran yang terjadi di Pasar Ciguriang pada 30 Desember 1842.

Kisah kerusuhan dan pembakaran Pasar Ciguriang tercatat buku berjudul Wawacan Carios Munada karya Edi S. Ekadjati, dkk.
Diceritakan peristiwa ini disebabkan oleh tindakan sengaja seorang pedagang kecil yang terlilit utang bernama Munada.

Munada digambarkan sebagai orang yang cakap berbicara sehingga berhasil mendekati Asisten Residen Bandung Carl Wilhelm August Nagel untuk memberikan modal bisnis menjadi kontraktor penyedia hewan seperti kuda, kerbau dan dokar untuk transportasi.

Namun, akibat kebiasaan buruk Munada yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berjudi, bermain perempuan, bahkan menghisap candu, ia pun terlilit hutang sebesar tiga ratus gulden.

Baca Juga:Kronologi Percobaan Bunuh Diri Pengurus Asosiasi Kafe di Depan Balai Kota Bandung

Jika dihitung, jumlah ini setara dengan 300 juta rupiah pada masa sekarang. Hal inilah yang membuat Nagel memburu Munada untuk menagih hutangnya yang sudah jatuh tempo.

Terdapat dua versi alasan kenapa Munada membakar Pasar Ciguriang. Ketiga versi ini tercantum dalam buku Wawacan Carios Munada.

Menurut versi Sajarah Timbanganten, Munada membakar Pasar Ciguriang karena bersekongkol dengan Jaksa Kepala, Raden Demang Mangunagara, untuk membunuh Nagel.

Sementara dalam versi Babad R.A.A Martanagara, Munada membakar pasar Ciguriang untuk memenuhi syarat supaya Jaksa Kepala mau membantu melunasi hutang Munada.

Munada membakar pasar Ciguriang pada pagi hari. Nagel dan ajudannya beserta bupati Bandung Wiranata Kusuma III (1829-1846) segara meringkus Munada. Nahas, saat kebakaran itu terjadi, Nagel tewas ditikam oleh Munada.

Akibat peristiwa itu, hampir setengah abad aktivitas jual-beli di Pasar Ciguriang menjadi terganggu lantaran tak ada lokasi tetap untuk para pedagang menjalankan usahanya.

Para pedagang asli Bandung ataupun luar Bandung mulai membentuk area perdagangan di sekitar Jalan Otto Iskandar Dinata dan Jalan ABC.

Barulah area ini kemudian dikenal sebagai Pasar Baharoe. Untuk menyuburkan kembali roda perekonomian, pemerintah Hinda Belanda meresmikan Pasar Baru dengan status pasar semi-permanen pada tahun 1906.

Pada tahun 1935, Pasar Baru sempat menyandang sebagai pasar terbersih se-Hindia Belanda dan menjadi kebanggaan warga Bandung.

Meski sudah satu abad berlalu sejak peristiwa itu, hingga kini Pasar Baru tetap mempertahankan eksistensinya sebagai pusat perbelanjaan dengan beragam komoditas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini