Cari Penyebab Banjir, Petugas Temukan Hal Tak Terduga di Gorong-gorong Kota Bandung

Drainase buruk seperti yang dipenuhi dan tersumbat sampah selalu dianggap sebagai penyebab utama banjir di Kota Bandung.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:58 WIB
Cari Penyebab Banjir, Petugas Temukan Hal Tak Terduga di Gorong-gorong Kota Bandung
ILUSTRASI Gorong-gorong-Seorang pria di Bandung diamankan polisi dari dalam gorong-gorong. Rupanya, pria itu menyusuri selokan untuk mencari paku bekas untuk dijual. [Istimewa]

SuaraJabar.id - Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung melakukan aktivitas rutin mengecek kondisi saluran drainase.

Pengecekan saluran drainase dilakukan agar saluran-saluran itu tetap berfungsi dengan baik ketika musim hujan tiba.

Pasalnya, drainase buruk seperti yang dipenuhi dan tersumbat sampah selalu dianggap sebagai penyebab utama banjir di Kota Bandung.

Namun petugas menemukan ada kondisi lain yang berpotensi membuat fungsi saluran drainase terganggu. Mereka menemukan tempat tinggal yang terdapat di gorong-gorong pada saluran drainase tersebut.

Baca Juga:Banjir di Mal Singapura: Air Menetes dari Bawah Eskalator dan Langit-langit Plafon Ambruk

Tempat tinggal dalam saluran drainase itu ditempukan saat petugas kebersihan hendak membersihkan endapan lumpur di sekitar Jalan Dr Djunjunan, Kota Bandung.

Ternyata, pada tempat tinggal tersebut terdapat pakaian, kasur, bantal dan bambu untuk sekat.

"Lemari nggak ada cuma bantal, terus guling, ada kasur, baju, dan selimut," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Riswandi Selasa (24/8/2021) dikutip dari Ayobandung.com-jejaring Suara.com.

Pihaknya menemukan tempat tersebut saat hendak membersihkan endapan lumpur, Senin (23/8/2021). Namun, pembongkaran baru dilakukan pada keesokan harinya.

Saat pertama kali ditemukan, ada beberapa karung yang digunakan untuk menahan laju air agar tempat tersebut dapat digunakan.

Baca Juga:Genangan Banjir Masuk Mal di Singapura, Pemilik Toko Sibuk Ngepel

Didi mengatakan, pihaknya akan mengecek seluruh saluran drainase yang berukuran besar seperti di Jalan Dago, Gedebage, Citarip dan Leuwipanjang. Pengecekan dilakukan rutin, terlebih menjelang musim hujan.

"Pertamanya baru kemarin Senin, kemarin belum dibongkar baru hari ini," ujarnya.

Banjir Kota Bandung

T. Bachtiar, Anggota Masyarakat Geografi Nasional Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung, punya pernyataan menarik soal kondisi geografis Bandung Raya yang dahulu pernah ditutupi Danau Purba.

"Bandung itu cekung seperti mangkuk raksasa. Apabila ditarik garis dari Gunung Tangkuban Parahu ke Gunung Malabar," ucap T. Bachtiar, dalam acara Geotv di aplikasi Zoom, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Curug Jompong dan Cukang Rahong merupakan pematang tengah (bagian tengah) yang membagi Danau Purba Bandung Timur dan Danau Purba Bandung Barat.

Menurut T. Bachtiar, terdapat tiga Generasi Gunung di Bandung, antara lain generasi Jayagiri 560.000—500.000 tahun yang lalu, Gunung Sunda 210.000—105.000 yang lalu, dan Tangkuban Parahu 90.000—tahun sekarang.

Di antara ketiga generasi itu, era Gunung Tangkuban Parahu memang yang kemudian jadi paling identik dengan Kota Kembang ini. Terlebih karena bentuknya yang unik.

"Seperti perahu yang terbalik, bisa dilihat jelas bila dilihat dari selatan," lanjut T. Bachtiar.

Cerita Tangkuban Parahu kemungkinan besar dari daerah selatan, karena Gunung Tangkuban Parahu sebetulnya identik dengan bentuk perahu jika dilihat dari wilayah selatan.

Dari Gunung Purba jadi Kawasan Padat Penduduk Bandung raya
Diungkapkan T. Bachtiar, kawasan Bandung Raya ini tak lain terbentuk dari bekas wilyah danau yang kemudian tertutupi material ledakan gunung.

"Proses pembobolan Gunung Sunda, semua material masuk ke Danau Bandung Purba. Umumnya ke Danau Purba Bandung Timur, Sehingga terpisah dari Danau Bandung Barat. Jadi kota bandung itu didirikan diatas endapan aluvial Gunung Tangkuban Parahu," ujar.

Jadi, T. Bachtiar menambahkan, tak mengherankan bila wargi Bandung Raya harus waspada sepanjang waktu. Pasalnya, mereka tinggal di daerah bekas Danau Purba Bandung.

Karena di daerah tersebut kawasan aslinya aslinya merupakan daerah gambut dan bekas Danau Purba Bandung, airnya sedikit bau dan hasil mencuci baju pun menjadi berwarna kuning.

Kondisi itu jadi semakin parah saat ini, seiring terus bertambahnya populasi dan pembangunan rumah warga Bandung Raya.

"Tanah sekitar Bandung sudah rusak, air tanah purba kemungkinan akan habis. Karena telah di sedot oleh tekstil, rumah mewah, hotel, maka tahanan tanah kurang. Akibatnya permukaan tanah secara regional turun. Seperti Rancaekek, Dayeuhkolot, Leuwigajah akan turun," tegas T. Bachtiar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak