Kabur ke Singapura, Otak Pembunuhan Prajurit TNI di Bandung Tak Bisa Diekstradisi

Raymond Westerling tertangkap oleh Polisi Inggris saat tengah bersembunyi di tempat kawannya, Chia Piet Kay pada 26 Januari 1950.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 26 Agustus 2021 | 17:47 WIB
Kabur ke Singapura, Otak Pembunuhan Prajurit TNI di Bandung Tak Bisa Diekstradisi
Ilustrasi perang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Bandung. [Suara.com/Iqbal]

SuaraJabar.id - Raymond Westerling bersembunyi di sebuah penginapan di Kota Cimahi kemudian kabur ke Singapura usai menggerakan kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA di Kota Bandung pada tanggal 23 Januari 1950.

Dalam kudeta berdarah itu, milisi APRA memasuki Kota Bandung dan menembaki setiap orang yang mengenakan seragam TNI.

Setidaknya ada 100 orang Prajurit TNI yang gugur akibat ulah Raymond Westerling itu.

Usai kudeta berdarah itu, Raymond Westerling dikabarkan kabur ke Singapura menggunakan pesawat terbang.

Baca Juga:Miris, Pelaku Bisnis Katering Alami Penurunan Omzet 100 Persen selama PPKM

Ia kemudian tertangkap oleh Polisi Inggris saat tengah bersembunyi di tempat kawannya, Chia Piet Kay pada 26 Januari 1950. Westerling kemudian ditahan di penjara Changi, Singapura.

Pemerintah Indonesia sempat meminta Raymond Westerling yang memiliki darah Turki itu untuk diseret ke Indonesia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Raymond Westerling. [Antara]
Raymond Westerling. [Antara]

Namun angin berpihak pada Westerling. Pengadilan Tinggi Singapura memutuskan Raymond Westerling merupakan warga negara Belanda dan tak bisa diekstradisi ke Indonesia.

Raymond Westerling akhirnya meninggal dunia pada 26 November 1987.

Sebelumnya diberitakan, Raymond Westerling sempat bersembunyi di sebuah penginapan di Kota Cimahi sebelum kabur ke Singapura menggunakan pesawat terbang.

Baca Juga:Ungkap Misteri Penghuni Gorong-gorong, Wakil Wali Kota Bandung Perintahkan Ini

Westerling dikabarkan menginap di kamar nomor 12 di Hotel Tjimahi.

Hotel Tjimahi terletak di Jalan Jenderal Amir Machmud itu dibangun tahun 1927-an di atas lahan 3.300 meter persegi atau eranya pemerintahan Hindia-Belanda.

Ketika itu kebutuhan penginapan menjadi salah satu faktor penunjang basis militer yang dibangun pemerintah Hindia Belanda dan juga perlintasan niaga di jalur Jalan Raya Pos.

Sebelum menjadi hotel, dulunya lahan tersebut merupakan villa dan kebun bunga yang dibangun oleh Nyi Raden Mardiah Singawinata yang kemudian berganti nama menjadi Nyi Raden Fatimah Singawinata pada 1800-an akhir.

Raymond Westerling bersembunyi di sana karena perantara seorang Prancis yang memiliki ikatan khusus dengan Nyi Raden Fatimah.

"Cerita dari Bu Thea (cucu dari Nyi Raden Fatimah) pernah juga Westerling singgah di Cimahi. Punya kaitan dengan bu Fatimah melalui istrinya Westerling," ungkap Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok belum lama ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini