Modal Kotoran Sapi, Warga Bandung Barat Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan

"Jadi kotoran sapinya itu dicetak terus disemprotkan bio compound. Nah bio compound ini yang kemudian mengikat gas metan. Briketnya juga tidak akan berbau," terang Ujang.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 07 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Modal Kotoran Sapi, Warga Bandung Barat Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan
Ujang, warga Kampung Nagrak, RT 02/09, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang mengubah kotoran sapi jadi briket. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Briket kotoran sapi buatannya berfungsi seperti pupuk yang ditanamkan pada tanah agar bisa menutrisi tanaman.
Lantaran terbuat dari bahan organik, maka memerlukan waktu yang tak sebentar untuk bisa terlihat hasilnya.

"Jadi briketnya tinggal dipotong-potong saja, nanti ditanamkan juga ke tanah yang sudah ada tanamannya. Fungsinya seperti pupuk untuk menutrisi tumbuhan. Tapi tidak instan seperti pupuk kimia," terang Ujang.

Bahan baku briket media tanam itu yakni kotoran sapi. Namun bahan baku lainnya yang memegang peranan sangat penting yakni bio compound yang dibuat dari fermentasi berbagai macam rempah sebagai material pengikat gas metan.

"Jadi kotoran sapinya itu dicetak terus disemprotkan bio compound. Nah bio compound ini yang kemudian mengikat gas metan. Briketnya juga tidak akan berbau," terang Ujang.

Baca Juga:Lahan Pertanian di Lembang Semakin Menyusut Gara-gara Bisnis Pariwista

Kini briket media tanam itu sudah memiliki banyak pelanggan. Dalam sebulan Ujang bisa menjual sampai 30 ribu buah briket ke berbagai daerah di Indonesia.

Harganya pun terbilang murah, untuk paket briket isi 5 hanya seharga Rp 5 ribu. Untuk paket isi 10 seharga Rp 8 ribu, dan paket berisi 21 briket dihargai Rp 15 ribu.

Dengan potensi ekonomi yang menggiurkan itu, Ujang menyarankan mulai sekarang tidak lagi menyepelekan kotoran sapi. Sebab meskipun bau dan menjijikan, namun bisa menghasilkan uang hingga Rp 6 juta per bulannnya.

"Alhamdulillah bisa membantu keperluan ekonomi warga kami yang mengandalkan profesi sebagai peternak. Kami juga tidak perlu takut lagi dampak negatif gas metan dan menumpuknya limbah kotoran sapi," pungkas Ujang.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Baca Juga:Pedagang di Bandung Barat Tolak PeduliLindungi Diterapkan di Pasar Tradisional

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak