SuaraJabar.id - Dalam sebuah patroli yang melintas daerah Gununghalu, Bandung Barat, pasukan baret hijau Belanda Depot Speciale Troepen (DST) dikagetkan oleh suara letusan tembakan.
Salah satu sasarannya adalah pentolan pasukan khusus Belanda yakni Raymond Pierre Paul Westerling. Namun ternyata pria Belanda itu tak ikut serta dalam rombongan, meski sudah terjadi pertempuran darah.
Aksi penghadangan itu dipicu lantaran pasukan DST atau Korps Speciale Troepen (KST) disebut telah melakukan praktek kekerasan dan aksi pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan muda.
Westerling dan Pasukannya Masuk ke Bandung Barat
Baca Juga:Anggota TNI di Medan Meninggal Saat Pembinaan Fisik, Kodam I/BB Bentuk Tim Investigasi
Belum diketahui kapan Westerling masuk ke wilayah Bandung Barat. Hanya saja sekitar tahun 1947 ia dipulangkan dari Sulawesi Selatan usai ditugaskan melakukan aksi bersih-bersih. Ia datang bukan untuk sembunyi.
Namun untuk memimpin pasukan elit Belanda. Ia merupakan komandan KST yang bermarkas di Batujajar, Bandung Barat. Ia juga pernah tinggal di salah satu Rumah Dinas di Komplek Radio Tjililin.
![Raymond Westerling. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/26/25809-raymond-westerling.jpg)
"Jadi gini Westerling kan pernah jadi komandan KST, sempat punya rumah di salah satu rumah dinas gedung radio Cililin," terang pegiat sejarah, David Riksa Buana saat dihubungi Suara.com pada Rabu (29/12/2021).
Keberadaan Westerling di Bandung Barat pun disebut ingin melakukan bersih-bersih. Selain aksi pembantaian di Gununghalu terhadap warga pribumi yang menyerang pasukannya, ia juga disebut menjadi bagian dari pembantaian di Pasir Angin, Rongga, Bandung Barat.
"Ia bersama pasukan KST-nya sempat memburu dan membantai warga dan pejuang setempat sampai ke Wilayah Pasir Angin di Rongga," terang David.
Baca Juga:Ayah Gadis 14 Tahun Korban Pemerkosaan Ngamuk saat Bertemu Terduga Pelaku
Benteng Gedong Dalapan jadi Saksi
- 1
- 2