Dalang Pembantaian 100 Prajurit TNI Sempat Jadi Bos Truk saat Sembunyi di Bandung Barat

"Fakta terpenting bahwa benteng ini adalah saksi bisu kekejaman Westerling," ucap David.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 29 Desember 2021 | 11:55 WIB
Dalang Pembantaian 100 Prajurit TNI Sempat Jadi Bos Truk saat Sembunyi di Bandung Barat
Benteng Gedong Dalapan di Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin, Bandung Barat yang merupakan peninggalan Belanda. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Dalam sebuah patroli yang melintas daerah Gununghalu, Bandung Barat, pasukan baret hijau Belanda Depot Speciale Troepen (DST) dikagetkan oleh suara letusan tembakan.

Salah satu sasarannya adalah pentolan pasukan khusus Belanda yakni Raymond Pierre Paul Westerling. Namun ternyata pria Belanda itu tak ikut serta dalam rombongan, meski sudah terjadi pertempuran darah.

Aksi penghadangan itu dipicu lantaran pasukan DST atau Korps Speciale Troepen (KST) disebut telah melakukan praktek kekerasan dan aksi pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan muda.

Westerling dan Pasukannya Masuk ke Bandung Barat

Baca Juga:Anggota TNI di Medan Meninggal Saat Pembinaan Fisik, Kodam I/BB Bentuk Tim Investigasi

Belum diketahui kapan Westerling masuk ke wilayah Bandung Barat. Hanya saja sekitar tahun 1947 ia dipulangkan dari Sulawesi Selatan usai ditugaskan melakukan aksi bersih-bersih. Ia datang bukan untuk sembunyi.

Namun untuk memimpin pasukan elit Belanda. Ia merupakan komandan KST yang bermarkas di Batujajar, Bandung Barat. Ia juga pernah tinggal di salah satu Rumah Dinas di Komplek Radio Tjililin.

Raymond Westerling. [Antara]
Raymond Westerling. [Antara]

"Jadi gini Westerling kan pernah jadi komandan KST, sempat punya rumah di salah satu rumah dinas gedung radio Cililin," terang pegiat sejarah, David Riksa Buana saat dihubungi Suara.com pada Rabu (29/12/2021).

Keberadaan Westerling di Bandung Barat pun disebut ingin melakukan bersih-bersih. Selain aksi pembantaian di Gununghalu terhadap warga pribumi yang menyerang pasukannya, ia juga disebut menjadi bagian dari pembantaian di Pasir Angin, Rongga, Bandung Barat.

"Ia bersama pasukan KST-nya sempat memburu dan membantai warga dan pejuang setempat sampai ke Wilayah Pasir Angin di Rongga," terang David.

Baca Juga:Ayah Gadis 14 Tahun Korban Pemerkosaan Ngamuk saat Bertemu Terduga Pelaku

Benteng Gedong Dalapan jadi Saksi

Salah satu saksi bisu keberadaan Westerling di Bandung Barat adalah Benteng Gedong Dalapan yang berada di Kampung Pasir Gagak, RT 02/03, Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin.

Benteng yang berada di Pasir Gagak dengan ketinggian sekitar 764 mdpl dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke-19 awal atau sekitar tahun 1900-1906, dengan material pondasi baru dan cor.

Luas komplek Benteng Pertahanan ini kurang lebih 25 hektare yang berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi dan menjaga aset Belanda seperti markas (KST) di Batujajar, Gedung Radio Pertama Di Indonesia, Radio Tjililin, Perkebunan Pasir Benteng, Perkebunan Tjidawal dan Perkebunan Montaya.

"Fakta terpenting bahwa benteng ini adalah saksi bisu kekejaman Westerling," ucap David.

Westerling Jadi Buronan

Kisah jahanam Westerling sebagai pembantai bangsa Indonesia berlanjut. Ia mendukung kudeta terhadap pemerintah yang dilakukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Gerakan tersebut mencoba menguasai Bandung tahun 1950 namun gagal.

Westerling dan para pembelot, gagal menguasai Bandung maka APRA mundur ke arah Cianjur. Sial bagi mereka, Divisi Siliwangi sudah mencegat di sana dan menghabisi para pembelot negara tersebut.

Tapi Westerling tidak ikut terbunuh dalam penghadangan itu. Ia pun melarikan diri. Bahkan menurut David, komandan pasukan elit Belanda itu juga pernah bersembunyi di sebuah di Kota Cimahi dan Bandung Barat.

"Bahkan informasi selama sembunyi di daerah Bandung Barat sempet jadi bos truk," ucap David.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak