Mengenal Rumah Patah Tulang Citapen yang Melegenda, Sudah Dikenal Sejak 1950-an

Nama Citapen sebagai lokasi penyembuhan masalah tulang sudah terkenal ke mana-mana

Galih Prasetyo
Sabtu, 26 Maret 2022 | 10:13 WIB
Mengenal Rumah Patah Tulang Citapen yang Melegenda, Sudah Dikenal Sejak 1950-an
Salah Seorang Warga Asal Padalarang Tengah Memanfaatkan Jasa Pijat Tradisional di Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (Suara.com/Ferry Bangkit)

SuaraJabar.id - Bagi pengendara yang kerap melintas di sepanjang Jalan Raya Cihampelas-Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pastinya sudah tidak asing lagi dengan deretan papan yang menawarkan jasa pijat.

Plang berbagai jenis dan ukuran ini mempunyai ciri khas masing-masing. Tanda paling umum, papan nama Bengkel Patah Tulang di Citapen memuat pula nama Sang Maestro ahli tulang, serupa plang dokter praktik.

Meski tak ada garupa khsus yang jadi petunjuk sentra bengkel patah tulang, nama Citapen sebagai lokasi penyembuhan masalah tulang sudah terkenal ke mana-mana. Bukan hanya di wilayah Bandung Raya, melainkan hingga Jawa Barat.

Klaim ini bisa dilihat dari asal pasien datang. Daerah seperti Garut, Sukabumi, Cianjur, Indramayu, hingga Subang kerap jadi penyumbang pasien ke Desa Citapen.

Baca Juga:Meski Aman, Bidan Mengingatkan Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pijat Prenatal

Ketenaran Citapen menjadi daerah tempat berobat masalah tulang tak lepas dari dua orang sahabat bernama Mama Hamidi dan Mama Haji Tarma. Kedua orang ini merupakan pionir pengobatan alternatif patah tulang.

"Awalnya Mama Hamidi dan Mama Haji Tarma. Mereka ini sahabat yang punya keahlian mengobati luka luar dan dalam. Jadi kalau ada warga misalah atawa tijalikeun, nyak ka anjeuna," terang Tokoh Desa Citapen, Abah Aso (74), belum lama ini.

Menurutnya, keahlian kedua orang ini lambat laut terkenal kemana-mana sehingga banyak pasien luar daerah datang. Terlebih, Mama Hamidi dan Mama Haji Tarma tak pernah memberi tarif kepada pasien. Bahkan pasien yang kurang mampu kerap mereka bantu.

"Puncakna tahun 1950-an, timana-mana seueur dongkap ka dieu. Pangpangnamah anjeuna berehan tara nyungkeun bayaran," terang Abah Aso.

Berdasarkan data Pemerintah Desa Citapen, jumlah ahli tulang dari tahun ke tahun terus menyusut. Kini jumlah warga yang membuat plang ahli tulang tak lebih dari 15 orang.

Baca Juga:4 Insiden Marc Marquez di MotoGP, Mulai 'Disenggol' Rossi hingga Patah Tulang

"Memang ada juga buka bengkel patah tulang tapi gak pasang plang. Kalau dijumlah mungkin tak lebih dari 25 orang. Memang jumlahnya terus turun. Mungkin karena minat masyarakat juga turun," ungkapnya.

Rata-rata pelaku terapis patah tulang di Citapen merupakan keturunan dari ahli patah tulang sebelumnya. Biasanya nama keluarga orang pertama yang membuka praktik, bakal jadi brand.

"Contoh Abah A dulu buka bengkel patah tulang, sekarang sudah meninggal, diteruskan dengan nama yang sama oleh keluarganya," tutur Iwan.

Pelaku bengkel patah tulang di Citapen biasa memiliki keahlian dengan cara otodidak, belajar dari pendahulunya, hingga membaca beberapa literatur. Ia berharap pengobatan alternatif yang telah menjadi ciri khas Citapen ini bisa bertahan dan dukung eksistensi oleh pemerintah.

"Kita punya mimpi ini dilestarikan dan didukung oleh pemerintah jadi ciri khas daerah," tandasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini