"Iki nang ngendi lek?" tanya akun @farid***.
Melihat kebingungan dari para warganet ini sepertinya memang banyak yang belum mengetahui tradisi unik yang dijalankan masyarakat wilayah Desa Sukra Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Jika anda kerap melintasi wilayah jalur Pantura, pastilah tak asing dengan pemandangan para penyapu jalan yang berjajar di sepanjang Jembatan Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Dibawah teriknya matahari, warga sekitar yang diperkirakan mencapai seratus orang itu dengan kuatnya berdiri disepanjang jalan Jembatan Sawo Indramayu.
Mengenakan topi caping atau penutup kepala seadanya, tak lupa sapu lidi ditangan mereka rela berpanas panasan demi mendapatkan recehan dari warga yang melintas.
Sapu lidi yang mereka pegang bukan untuk menyapu jalan, melainkan digunakan untuk mengambil koin koin lemparan para pengendara. Tak ayal terkadang mereka berebut di badan jalan saat banyak koin yang bertebaran. Saat lelah mereka bahkan nekat duduk di trotoar atau depan tembok rumah warga yang berada di pinggir jalan.
Warga yang menyapu duit itu terdiri dari emak emak, pria dan wanita hingga anak anak.
Fenomena penyapu koin demi mendapatkan penghasilan tambahan ini rupanya juga dikaitkan dengan adanya tradisi yang didasari mitos.
Konon katanya dibawah Jembatan Sewo disebut sebagai tempat tinggal arwah mendiang Saedah dan Saeni yang meninggal di sungai tersebut.
Baca Juga:Viral Video Pemudik Angkut Motor Sampai Atap Mobil Penuh, Netizen: Itu Mah Pindahan
Saeni penari ronggeng Pantura yang berubah menjadi buaya, sedangkan Saedah yang merupakan tukang kendang berubah menjadi Bunga Cempaka Putih.