Toko Oleh-oleh Haji dan Umroh di Bandung Kembali Bergeliat Usai Dua Tahun Sepi Pembeli

Makanan yang paling berdampak karena sepinya pembeli. Sampai banyak yang expired (kedaluarsa)," ujar Risma.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 24 Mei 2022 | 18:25 WIB
Toko Oleh-oleh Haji dan Umroh di Bandung Kembali Bergeliat Usai Dua Tahun Sepi Pembeli
Toko oleh-oleh haji dan umroh di kawasan pertokoan Pasar Baru, Kota Bandung. [Jabarnews.com]

SuaraJabar.id - Dibukanya kembali pemberangkatan haji dan umroh ke Tanah Suci berdampak positif bagi sejumlah penjual oleh-oleh haji dan umrah di Kota Bandung.

Salah satunya adalah Toko Hasanah milik Risma Febrian yag berada di pertokoan Pasar Baru Kota Bandung.

Pemilik toko mengaku tokonya smepat sepi pandemi sepanjang pandemi Covid-19.

Menurutnya, yang paling riskan dari usahanya ini adalah oleh-oleh makanan seperti kurma, kacang-kacangan, dan cokelat.

Baca Juga:Tak Sendiri, Polisi Tangkap 4 Orang Ini Bersama Gary Iskak

“Makanan yang paling berdampak karena sepinya pembeli. Sampai banyak yang expired (kedaluarsa), akhirnya kita buang. Kurma juga kita jual murah jadinya, meski expirednya masih lama,” ungkap Risma, Selasa (24/5/2022).

Akibatnya, omzet yang ia peroleh terjun bebas sampai berkurang 60 persen dari biasanya.

“Tapi sekarang alhamdulillah sudah naik 80 persen. Mulai naik waktu bulan puasa. Banyak yang cari kurma, sarung, dan sajadah,” tuturnya

Sedangkan untuk para jemaah haji dan umrah, Risma mengatakan, biasanya mereka lebih mencari peralatan dan oleh-oleh dari tanah suci.

Oleh-oleh ini biasanya sudah dalam bentuk paketan kecil. Harganya mulai dari Rp 12.000. Pernah ada yang pesan sampai 1.000 paket untuk oleh-oleh dan pengajian sebelum berangkat haji.

Baca Juga:Gary Iskak Kembali Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Positif Sabu

“Isinya kacang, kurma, kismis, dan air zamzam. Biasanya mereka ingin ada tambahannya juga seperti tasbih atau pacar Arab. Itu biaya tambahannya paling Rp 1.000. Isinya juga bisa by request,” jelasnya.

Barang-barang ini Risma peroleh impor dari Arab Saudi, Pakistan, dan Jakarta.

“(Barang) di sini tidak beda jauh dengan yang ada di Saudi. Makanya kami juga sering ingatkan ke pembeli. Kalau mau beli-beli di sana, cari saja yang tidak ada di sini,” ucap Risma.

Serupa dengan Risma, Pawindra Saputra, pemilik toko PD. Nizam Makmur juga mengalami hal yang sama. Selama lima tahun berjualan, kerugian akibat pandemi Covid-19 dirasa sangat berat baginya.

“Saat awal pandemi, omzet turun sampai 70 persen. Mulai musim haji ini kita naik 60 persen,” kata Pawindra.

Meski sudah mulai memasuki musim haji, tapi peserta haji masih belum yakin jika mereka akan berangkat. Hal ini pun berpengaruh dengan penjualan dagangannya.

“Pas pandemi dua tahun ini, kita fokus ke jualan sajadah. Sajadah masih laris karena ada yang meninggal. Tahlilan biasanya pada kasih sajadah,” akunya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini