Kisah Inspiratif! Keterbatasan Fisik Tak Hambat Rahmat Hidayat Untuk Berkreasi Lewat Selembar Kertas - Bertemu Jokowi

Kisah inspiratif tersebut datang dari pria asal Kampung Ciawitali, RT 02/06, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Bandung Barat.

Andi Ahmad S
Rabu, 25 Mei 2022 | 11:40 WIB
Kisah Inspiratif! Keterbatasan Fisik Tak Hambat Rahmat Hidayat Untuk Berkreasi Lewat Selembar Kertas - Bertemu  Jokowi
Rahmat Hidayat (28), Desainer Difabel Asal Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (Suara.com/Ferry Bangkit Rizki)

Dengan bantuan dari salah satu brand fesyen, Rahmat pun mengembangkan kemampuannya di salah satu sekolah khusus desain. Keninian selain menjual desain busana seharga Rp 120 ribu tanpa warna dan Rp 150 ribu jika berwarna, ia memiliki usaha kecil-kecilan di kampung halamannya.

Dibalik harapannya yang ingin menjadi desainer, Rahmat membuat keputusan yang patut diapresiasi. Ia kembali menjadi klien di Pusyansos milik Dinas Sosial Jawa Barat untuk membaikan pengalaman dan ilmunya kepada warga binaan.

"Kalau harapan terbesar saya tetap bisa bikin desain gaun pernikahan. Tapi sekarang saya membagikan pengalaman saya di sini dulu," tukas Rahmat.

Dinas Sosial Jawa Barat Beri Pendampingan

Baca Juga:Sinopsis Drama Action Ultimate Weapon Alice yang Dibintangi Song Geon Hee

Kepala Dinas Sosial Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan
inovasi dan transformasi dalam mengubah paradigma panti. Banyak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti kaum difabel yang dibina oleh Dinsos di Pusyansos agar produktif.

"Tahun lalu kita adakan bazar UKM disabilitas se-Jabar, tahun ini melalui Pusyansos diharapkan bisa berkembang lagi. Sehingga paradigma panti, lambat laun bisa berubah," kata Dodo.

Menurutnya, berbagai kegiatan seperti membuka usaha barber shop, membatik, melukis, menjadi desainer edukasi, dan alih profesi lainnya, merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan. Sehingga binaan-binaan yang dirintis melalui program unggulan di Dinsos ke depan bisa berubah menjadi koperasi UKM.

Secara nilai ekonomis di UKM ini cukup menjanjikan, sebab untuk batik saja bisa menghasilkan sekitar Rp 750 sampai Rp 1 juta. Sehingga mereka sudah mulai memiliki kemampuan dari hasil usaha itu dengan mendapatkan penghasilan. Program ini pun diharapkan bisa menginspirasi yang lain untuk ikut terlibat.

"Kami juga mengembangkan di kabupaten/kota loka bina karya, disitu pusatnya aktivitas. Dari 45 kelompok yang ada itu, per satu kelompoknya rata-rata itu ada 7-10 orang, sehingga kedepan potensi ini akan dikolaborasi dengan dinas koperasi," tuturnya.

Baca Juga:Fisik Tak Sempurna, Bapak-bapak Ini Tetap Gigih Kerja Angkat Piring di Kondangan, Tuai Decak Kagum Warganet

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak