Di Sini Tentara Belanda Dansa-dansi Bareng Noni-noni usai Bertarung dengan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya Indische Empire Stijl.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 27 November 2022 | 11:56 WIB
Di Sini Tentara Belanda Dansa-dansi Bareng Noni-noni usai Bertarung dengan Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Gedung The Historich di Kota Cimahi yang duluna bernama Societeiet voor Officieren. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.

Keberadaan Stasion Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.

"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.

Terkini, Stasion Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.

Baca Juga:Dikunjungi Dua Kali, Duta Besar Belanda Bakal Gali Potensi Wisata di Kota Depok

Di antaranya tempat pengisian air untuk kereta api uap. Namun sangat disayangkan sebab menurut Machmud talang pada bangunan berbentuk kotak itu kini hilang tak terpasang lagi.

Padalah, kata dia, tempat pengisian air tersebut merupakan ciri khas. Sebab, tak semua stasion terdapat bangunan serupa. "Itu ciri khas karena gak semau stasion punya tempat pengisian air. Di jajaran Bandung-Cianjur, satu-satunya di Cimahi," ujar Achmad.

2. The Historich

The Historich atau Gedung Sudirman merupakan peninggalan pemerintahan Hindia-Belanda yang mulai dibangun saat masa pemerintahan kolonialisme Belanda tahun 1895. Dulunya gedung tersebut digunakan sebagai tempat berkumpul dan hiburan, khususnya tentara Belanda.

"Jadi ketika itu tentara-tentara kan lelah sehabis bertempur atau latihan. Maka hiburannya di gedung itu. Di sana ada teater, dansa, pertunjukan film," ujarnya.

Baca Juga:Melihat Uji Coba Lokomotif Mak Itam di Sawahlunto

Sebelum dinamakan The Historich, gedung tersebut dinamakan Societeiet voor Officieren. Ketika pindah tangan ke TNI AD, namanya kemudian berganti menjadi Balai Prajurit Sudirman, hingga akhirnya berubah lagi menjadi The Historich.

Gedung The Historich di Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Gedung The Historich di Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya indische empire stijl. Gaya arsitektur itu dipengaruhi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels, yang menginginkan bangunan-bangunan yang bergaya Romawi dan Yunani.

Pada bagian luar, bangunan zaman Belanda masih tak berubah hingga kini. Begitupun pada bagian dalam gedung. Ada beberapa bagian di dalamnya, seperti panggung permanen dan beberapa ruangan yang tak mengalami perubahan.

"Kalau yang societet itu punya ciri tiangnya ionic atau bergelung. Jadi kalau kita lihat kolom, nanti di atasnya itu ada gelung," ujar Machmud.

Di balik kemegahan dan kekokohannya, arsitek yang membuat The Historich hingga kini belum diketahui secara pasti. Machmud belum memiliki catatan pastinya. Hanya saja ia menduga arsitekturnya adalah Kapten der Genie Fischer bersama asistennya VL Slors, yang memimpin pembangunan Garnizun di Cimahi.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini