Di Sini Tentara Belanda Dansa-dansi Bareng Noni-noni usai Bertarung dengan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya Indische Empire Stijl.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 27 November 2022 | 11:56 WIB
Di Sini Tentara Belanda Dansa-dansi Bareng Noni-noni usai Bertarung dengan Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Gedung The Historich di Kota Cimahi yang duluna bernama Societeiet voor Officieren. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta). Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia.

Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.

Dengan terhubunhnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.

Stasiun Cimahi. Stasiun ini dibangun di masa pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.[Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Stasiun Cimahi. Stasiun ini dibangun di masa pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.[Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

"Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia," kata pegiat sejarah, Machmud Mubarok.

Baca Juga:Dikunjungi Dua Kali, Duta Besar Belanda Bakal Gali Potensi Wisata di Kota Depok

Bersumber pada heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Halte Cimahi. Yakni jurusan Bogor - Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp). Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.

Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.

Keberadaan Stasion Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.

"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.

Terkini, Stasion Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.

Baca Juga:Melihat Uji Coba Lokomotif Mak Itam di Sawahlunto

Di antaranya tempat pengisian air untuk kereta api uap. Namun sangat disayangkan sebab menurut Machmud talang pada bangunan berbentuk kotak itu kini hilang tak terpasang lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak